PATADaily.id - Jakarta - Adharta Ongkosaputra tersipu malu ketika dirinya ditanya beberapa teman sudah tua kok masih saja mau mencalonkan diri menjadi Ketua Alumni Universitas Prasetiya Mulya
Ada beberapa hal yang menarik dalam diri Adharta karena begitu banyak organisasi yang telah ia lakoni seperti Lions Club International D407B1 dimana 45 tahun dirinya mengabdi, dan tak ketinggalan ada Yayasan Dharma Wulan Indonesia, dan sejumlah institusi, termasuk institusi pendidikan seperti Atmajaya Yogyakarta.
Dan, lanjutnya, Lembaga Indonesia Tiongkok yang anggotanya hampir semua mantan Duta Besar untuk Tiongkok. Adharta juga tercatat sebaga Ketua Umum KRIS (Kill Covid-19 Relief International Services).
Harus diakui kemampuan manajerial seorang Adharta Ongkosaputra lantaran dirinya banyak bergabung dalam beragam organisasi karena memimpin organisasi tak semudah membalik telapak tangan untuk membangun organisasi namun Adharta dengan kemampuan manajerial yang ia miliki ternyata sanggup untuk membangun dan mengembangkan suatu organisasi.
"Saya berada bersama INTI Perkumpulan Indonesia Tiongkok, PSMTI (Paguyuban Sosial Marga Tionghoa) sebagai Pembina. Semua pasti kenal. Juga di dunia kesehatan di beberapa Rumah Sakit seperti Rumah Sakit Husada dan beberapa rumah sakit lainnya," tuturnya kepada PATADaily.id, Selasa (17/5/2025).
Tapi, lanjut Adharta, ada sedikit yang berbeda dengan Universitas Prasetiya Mulya yang saya ikuti dari 1984 silam.
Menurutnya, ada sesuatu yang terlihat tidak menyambung. "Itulah yang membuat suatu panggilan buat saya. Banyak kisah dari adik-adik di Fakultas untuk jenjang S1. Mereka memanggil saya. Ya, akhirnya saya harus saya jawab bahwa kesediaan saya menjadi jembatan Alumni Universitas Prasetiya Mulya untuk maju menuju masa depan yang lebih cerah," tuturnya.
Bukan tanpa alasan Adharta memutuskan untuk maju menjadi calon ketua alumni Universitas Prasetiya Mulya. Networking yang dimiliki Adharta begitu bagus, kemampuan manajerial lantaran dirinya banyak dipercaya dalam sejumlah organisasi untuk memimpin, dan memiliki sentuhan yang unik dalam memimpin organisasi.
"Untuk landasan itu saya menyumbangkan pikiran buat semua sahabat Alumni Universitas Prasetiya Mulya, khususnya yang ada di S1 atau S2 yang sudah berumah tangga," ungkapnya.
Adharta menyebut Membangun Keluarga
1. Membangun Keluarga : Pondasi Peradaban manusia
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, namun dampaknya sangat besar.
"Di dalam keluarga yang sehat, anak-anak belajar nilai-nilai moral, etika, cinta kasih, kejujuran, tanggung jawab, dan kerja keras. Disinilah lahir pribadi-pribadi yang kelak akan menentukan masa depan bangsa.
Membangun keluarga berarti
Menciptakan hubungan suami istri yang harmonis, saling menghormati dan mendukung.
Mendidik anak dengan kasih sayang, kedisiplinan, dan nilai luhur budaya bangsa.
Menjaga komunikasi, kebersamaan, dan doa dalam kehidupan rumah tangga.
Keluarga yang kuat akan melahirkan generasi yang kuat, dan generasi yang kuat adalah modal utama membangun masa depan bangsa.
Membangun Bangsa Indonesia yang kuat
2. Dari Keluarga Menuju Bangsa : Menanam Nilai dalam Skala Luas
Bangsa yang besar tak lahir dari kekuatan militer atau kekayaan alam semata, tetapi dari kualitas manusianya. Dan kualitas manusia ditanam sejak kecil, di dalam rumah.
Membangun bangsa berarti memperluas nilai-nilai keluarga ke ranah sosial:
Membawa semangat gotong royong, kepedulian sosial, dan toleransi ke masyarakat luas.
Menjadi teladan di lingkungan: bekerja jujur, tidak korupsi, dan menjaga integritas.
Menumbuhkan semangat belajar, kerja keras, dan inovasi dalam setiap generasi.
Bangsa Indonesia adalah mozaik dari jutaan keluarga. Maka bila tiap keluarga dibangun dengan cinta, nilai, dan semangat kebangsaan—maka bangsa ini akan berdiri kokoh menghadapi zaman.
Membangun Negara tercinta
3. Membangun Negara: Tanggung Jawab Kolektif Kita Semua
Negara adalah payung besar dari semua rakyatnya. Tugas membangun negara bukan hanya milik pemerintah, tetapi kita semua. Peran masyarakat sipil, tokoh agama, pendidik, pelaku usaha, dan tentu saja keluarga sangat menentukan arah dan wajah negara ini.
Untuk membangun negara, kita perlu:
Memperkuat institusi-institusi pendidikan, keadilan, dan kesejahteraan sosial.
Mendorong pemerintahan yang bersih, transparan, dan berpihak pada rakyat kecil.
Menghidupkan kembali semangat Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa.
Negara yang kokoh bukan hanya tentang pembangunan fisik, tetapi tentang pembangunan karakter bangsa. Ini dimulai dari keluarga, disemai dalam masyarakat, dan dituai dalam tatanan kenegaraan.
Menurut Adharta, dari rumah, kita bangun Indonesia.
"Membangun keluarga bukan sekadar urusan pribadi. Ini adalah kontribusi awal untuk membangun bangsa. Bila tiap keluarga Indonesia memupuk nilai kebaikan dan karakter kuat, maka bangsa ini akan dipenuhi oleh warga negara yang cinta damai, jujur, dan penuh semangat berkarya".
Dari keluarga kita lahirkan harapan. Dari bangsa kita satukan perjuangan. Dan untuk negara, kita persembahkan pengabdian.
Membangun keluarga adalah langkah pertama.
Membangun bangsa adalah perjalanan bersama.
Membangun negara adalah cita dan tugas kita semua.
Salam Indonesia Maju.
Salam KRIS.
Ia mengatakan, Prasetiya Mulya adalah rumah dimana kita alumninya menjadi penghuni. "Jadikanlah aku cahaya buat semua alumni dalam doa dan upaya menuju terang masa depan yang menjadi tanggung jawab kita bersama. Majulah Prasetiya Mulya. Aku bangga jadi alumninya". (Gabriel Bobby)