TRAVEL

Era Baru Pariwisata dalam Konteks Transformasi Bisnis Industri Perjalanan menuju Ekosistem Digital

Dok STP NHI Bandung

PATADaily.id - Pergerakan dan perubahan tren pada berbagai sektor, menjadikan dorongan yang cukup kuat bagi perkembangan sektor pariwisata di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Fenomena ini muncul berdasarkan pola-pola yang terbentuk pada setiap zaman dan generasi memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga harus menjadi perhatian para pelaku industri pariwisata khususnya sektor bisnis industri perjalanan.

Salah satu aspek yang menjadikan pariwisata berubah, yaitu aspek teknologi sebagai jembatan munculnya digitalisasi. Fenomena ini tidak asing lagi akan menjadi aspek yang tidak boleh dilewatkan oleh para pelaku usaha industri pariwisata di masa depan.

Siaran pers yang diterima patadaily.id, Selasa (29/9/2020) menulis, pada Minggu, 27 September 2020 yang bertepatan dengan momentum World Tourism Day (WTD), program studi Manajemen Bisnis Perjalanan STP NHI Bandung mengadakan webinar dengan topik New Era of Tourism: Travel Business Transformation to Digital Ecosystem.

Pada webinar ini diisi oleh beberapa narasumber yang memiliki ekspertis di bidangnya masing-masing diantaranya Frans Teguh dari kalangan birokrat (Staf Ahli Bidang Pengembangan Berkelanjutan dan Konservasi KEMENPAREKRAF); Budijanto Ardiansyah dari kalangan praktisi industri perjalanan (Ketua ASITA DPD Jabar); Faisal dari kalangan akademisi (Ketua STP NHI Bandung); dan Tommy Teguh Susetio dari kalangan pelaku bisnis digital (CEO Frontier Digital).

Acara ini di moderator oleh Ina Veronika Ginting selaku Ketua Program Studi MBP STP NHI Bandung.

Pada sesi pertama Frans Teguh menyampaikan paparan mengenai bisnis model digital pada pengembangan oportuniti baru dan negosisasi pasar untuk travel recovery di Indonesia.

Menurutnya, era industri 4.0 akan mengubah serta mendisrupsi industri pariwisata secara mendasar dengan terwujudnya “cost value” atau dikenal dengan “more for less, experience value (personalized)” dan platform value (resources sharing) yang dinikmati para travellers.

Hal ini dikarenakan peran teknologi pada industri 4.0 yang cukup dominan harus bisa disikapi dengan baik oleh para pelaku industri pariwisata sebagai strategi yang inovatif seperti bagaimana mengarah pemasaran kepada millennials dan centennials, quality tourism, digital customer journey, hingga teknologi virtual reality.

Pada sesi kedua Budijanto Ardiansyah menyampaikan paparan mengenai bisnis travel agent dalam transformasi digital marketing.

Menurutnya pentingnya transformasi digital bagi travel agent merupakan bentuk strategi dalam menghadapi perubahan perilaku konsumen yang terjadi.

Adanya perbedaan karakteristik pada masa digital ini juga berpengaruh terhadap cara-cara model bisnis travel agent B2B (business-to-business) dan B2C (business-to-consumer).

Poin yang tidak boleh dilupakan oleh para pelaku usaha travel agent adalah aspek personal touch karena hal ini menyangkut kepada personal trust konsumen terhadap suatu produk travel agent.

Pada sesi ketiga Faisal menyampaikan paparan mengenai dukungan akademisi perguruan tinggi vokasi dalam bisnis digital di bidang tours & travel di masa Covid-19.

Menurutnya, pengaruh digital ini tentu saja memiliki pengaruh yang signifikan pada instansi perguruan tinggi sehingga metode pembelajaran dalam menyikapi transformasi teknologi digital ini memberikan peluang baru dalam metode pembelajaran.

Beberapa metode yang bisa diterapkan diantaranya e-learning facilitated (interaksi daring via video call/conference), e-learning self-paced (pembelajaran mandiri melalui pemutaran video), hingga blended learning (pengajaran yang bersifat 2 arah dengan instruksi one-on-one).

Konsep ini juga sedang diterapkan di kampus STP NHI Bandung dengan mengembangkan berbagai fasilitas, kualitas kurikulum, dosen, hingga kapasitas SDM sehingga instansi perguruan tinggi dalam mendukung pariwisata berbasis digital bisa terwujud.

Pada sesi terakhir Tommy Teguh Susetio menyampaikan paparan mengenai peluang dan tantangan dalam pariwisata dan industri perjalanan di Indonesia.

Menurutnya diawali dengan konteks bagaimana transformasi digital ini bisa terjadi, salah satunya sebagai bentuk solusi dalam menyikapi masa Covid-19 yang dimana konsep-konsep tradisional akan “dipaksa” untuk bertransformasi menuju konsep digital.

Proses transformasi digital ini diawali dari cultural transformation yang kemudian akan membentuk inovasi-inovasi untuk bisa memunculkan transformasi digital, strategi digital, dan digital marketing.

Peluang yang ada pada konteks digital diantaranya global awareness, banyak variasi penjualan, segmented market, membentuk omni-channel experience, dan pemanfaatan big data.

Sedangkan tantangan yang ada pada konteks digital diantaranya mengubah mind set, pengetahuan tentang teknologi, optimisasi data, menarik perhatian konsumen dengan gaya baru, visualisasi marketing, dan ketidaktersediaan ekosistem yang ada.

Di akhir webinar Ina Veronika Ginting menyimpulkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi di pariwisata dalam konteks digital ini harus bisa diadaptasi dan menjadi kajian yang cukup serius bagi seluruh stakeholder pemerintah, akademisi, pengusahan, dan masyarakat pada umumnya.

Peserta yang mengikuti webinar ini berjumlah 500 orang dari berbagai wilayah yang dilaksanakan secara live streaming dengan menerapkan protokol kesehatan melalui Zoom di Eco Bambu Cipaku, Kota Bandung. (Gabriel Bobby)

Artikel Lainnya