Wakil Gubernur (Wagub) NTB Sitti Rohmi Djalilah (Ist)
Cerita rakyat tentang Putri Mandalika di Lombok menjadi inspirasi tersendiri bagi pelaksanaan Festival Pesona Bau Nyale yang digelar pada 17-25 Februari 2019 di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Legenda putri yang menceburkan diri ke laut dan menjelma menjadi cacing panjang berwarna-warni menjadi kisah imajinasi dan inspirasi bagi pelaksanaan Festival Pesona Bau Nyale yang diharapkan menarik minat wisatawan untuk datang ke Lombok. Wakil Gubernur (Wagub) NTB Sitti Rohmi Djalilah saat puncak acara Festival Pesona Bau Nyale, di Lombok, Minggu, (24/2/2019) mengatakan, cerita Putri Mandalika memiliki inspirasi yang imajinatif yang diambil dari seorang putri yang mengorbankan dirinya demi menjaga kedamaian di bumi Lombok. “Insya Allah kita bisa ambil hikmah. Yang paling utama, mari kita sama-sama jaga NTB. Jaga kebersihan destinasi. Jangan buang sampah sembarangan. Karena pariwisata bisa menyejahterakan masyarakat," katanya dalam siaran pers yang diterima patainanews.com, Senin (25/2/2019). Wagub Sitti juga menyadari bahwa daerah yang dipimpinnya saat ini, merupakan daerah yang memiliki potensi pariwisata sangat besar baik dari sisi alam, adat budaya, hingga cerita masyarakat di dalamnya. “Maka secara moral kita bertanggung jawab kepada NTB. Modalnya sudah kuat dengan alam yang sangat indah. Mudah-mudahan event ini bisa kita ambil hikmahnya,” ujarnya. Pada kesempatan yang sama, Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Esthy Reko Astuti menyatakan bahwa pihaknya mendukung Festival Pesona Bau Nyale untuk masuk menjadi bagian dari Calender of Event Nasional. Pihaknya juga mengawal langsung pelaksanaan festival untuk memastikan gelaran tahunan itu berjalan dengan lancar. Bagi Kemenpar, Festival Pesona Bau Nyale bisa menjadi pendorong untuk mengembangkan destinasi NTB dengan Mandalika sebagai andalan. Hal ini diharapkan menjadi pemacu untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan. Terlebih jika eventnya sudah digelar secara rutin sehingga dampak ekonominya terasa langsung bagi masyarakat. "Kemenpar pernah melakukan survei terhadap dua event, di Bali dan Banyuwangi. Ternyata event yang rutin terlaksana memiliki dampak ekonomi langsung bisa sampai 50 persen bagi event yang sudah digelar puluhan kali,” katanya. Bahkan, kata Esthy yang juga Ketua Pelaksana Top 100 Calender of Event Nasional itu, event di Banyuwangi yang sudah 10 kali digelar dampak langsung ekonominya terus meningkat dari tahun ke tahun kontribusinya kepada perekonomian setempat. “Yang kita amati Festival Bau Nyale memiliki rangkaian panjang dengan berbagai atraksi. Dampak langsung dan tidak langsung pasti. Terlebih dari segi promosi," ujarnya. (Gabriel Bobby)