PATADaily.id - Yogyakarta - Perempuan Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga dan menghidupkan budaya Nusantara, salah satunya melalui kebaya, busana yang tak hanya kaya makna, tetapi juga fleksibel mengikuti zaman.
"Kita mengenal ragam gaya kebaya, dari encim, janggan, kutu baru, hingga Kartini," tutur Hetty Herawati, Direktur Komersial InJourney Destination Management (IDM) ketika dihubungi PATADaily.id, Kamis (24/7/2025).
Perempuan berparas cantik ini menuturkan bahwa saat ini kebaya tak lagi eksklusif hanya untuk seremonial atau perayaan, tetapi juga di kehidupan ehari-hari seperti di kantor, kafe, hingga panggung musik, kebaya hadir sebagai simbol ekspresi diri.
Bahkan, lanjutnya, saat ini generasi muda pun menghidupkannya dengan sentuhan baru, berani memadupadankan warna dan motif tanpa kehilangan jiwanya.
Dan yang membanggakan, kebaya kini dikenakan dengan percaya diri di kehidupan sehari-hari, bahkan mewakili identitas Indonesia di berbagai negara.
"Semua ini bermula dari satu semangat , yaitu untuk tidak melupakan warisan. Kita tidak sekadar memakai kebaya, tetapi menghidupkannya, dengan rasa bangga," ujarnya.
Ia mengaku terlihat bertambah menarik ketika mengenakan kebaya. "Tentu. Kebaya memberi ruang bagi perempuan untuk tampil anggun dan percaya diri, tanpa harus kehilangan jati diri. Ada rasa bangga yang muncul saat mengenakannya karena kita membawa budaya, sejarah, dan karakter dalam satu helai pakaian. Tidak hanya sekedar untuk mempercantik diri, tetapi juga menjadi representasi dari kekuatan dan keindahan perempuan Indonesia," terangnya.
Hetty mengungkapkan bahwa kebaya juga bisa semakin populeer seperti batik yang telah dikenal di mancanegara. "Sangat bisa. Seperti halnya batik, kebaya adalah warisan budaya yang hidup. Kini, kebaya tak hanya bisa dipakai di acara formal, tapi juga jadi pilihan dalam aktivitas sehari-hari," paparnya.
Kebaya, lanjutnya, telah menjadi bagian dari identitas, cara kita menampilkan keIndonesiaan dengan cara yang persona dan penuh makna.
"Maka dari itu, Hari Kebaya yang kita rayaka setiap tanggal 24 Juli seharusnya tdak berhenti sebagai seremoni, tapi menjadi momen reflektif, bagaimana kebaya hadir dan bertumbuh seiring berkembangnya zaman," urainya.
Menurutnya, cara paling sederhana dan nyata adalah dengan memakainya dan menjadikan kebaya sebagai bagian dari aktivitas kita sehari-hari, ke kantor atau sekadar bertemu teman, tanpa merasa aneh atau "berlebihan".
"Semakin kebaya menjadi bagian dari rutinitas, semakin kebaya akan lestari bagai identitas budaya yang relevan dan membumi," tuturnya.
Mengenakan kebaya dalam kegiatan sehari-hari menurut Hetty iya bagus dan kenapa tidak dan ini menjadi fenomena yang membahagiakan.
"Kecintaan terhadap kebaya mulai tumbuh di kalangan generasi muda. Mereka mengenakan kebaya ke konser musik, ngopi di kafe, bahkan alam aktivitas kantor. Gaya boleh berubah, tapi semangatnya tetap sama, yaitu melestarikan dengan bangga. Ini membuktikan bahwa kebaya tidak hanya sebagai busana tradisional, tetapi juga statement budaya yang hidup dan terus bergerak," ungkapnya. (Gabriel Bobby)