PATADaily.id - Perjalanan menyelam ke Taman Nasional Komodo ini sudah direncanakan jauh-jauh hari.
Sekitar 3 bulan lalu. Pun begitu bagi wisatawan alam bawah laut mindset menurunkan ekspektasi sudah hal biasa, terlebih dalam situasi pandemi covid-19 seperti saat ini yang tidak bisa ditebak. Wajib sekali ada kesadaran mengutamakan kepentingan bersama. Jangan sampai kita tertular apalagi membawa penyakit ke lokasi tujuan.
Sambil terus melihat kondisi, masih memungkinkan, syarat-syarat apa saja yang harus disiapkan. Di luar kondisi fisik kita sendiri. Rapid test, mengisi e-Hac dengan aplikasi yang diunduh di PlayStore adalah yang saya lakukan dan cukup praktis saat di bandara kedatangan.
Dari Jakarta saya cukup intens berkomunikasi dengan kawan saya Marcia Stephanie, pemilik iDIve, dive center di Labuan Bajo guna mempersiapkan segala sesuatu sambil memantau segala perkembangan yang ada. Protokoler pun saat ini sudah ada sebagai SOP kegiatan menyelam. Tips saya pribadi lagi, saya lebih memilih membawa sendiri semua peralatan selam personal dari Jakarta.
Awalnya rencana saya meyelam 5 hari, 3 kali sehari. Berangkat Sabtu, 24 Oktober 2020 dari Cengkareng pagi jam 11.30. Sayangnya ternyata maskapai memajukan jadwal tanpa saya terima pemberitahuannya. Ada kesalahan teknis tapi apa boleh buat. akhirnya reschedule berangkat keesokan harinya Minggu 25 Oktober 2020 yang artinya di hari itu saya tidak sanggup mengikuti jadwal penyelaman pertama yang dimulai pagi hari jam 07.15 dari Labuan Bajo.
Jadi hari pertama rencana saya dengan sangat menyesal harus dicancel. Tidak apa, lower my expectation saja. Saat seperti ini sudah bisa berangkat ke surganya para penyelam saja sudah beruntung sekali. Tiba di Labuan Bajo jam 9-an pagi. Saya sewa mobil pick up dan menginap di rumah teman saya yang kebetulan tidak jauh dari Bandara. Alhamdulillah. Alat siap, fisik siap dan bisa istirahat sehari untuk menyelam keesokan harinya. Berkah dari kejadian apapun itu kan selalu ada.
Hari pertama, pemandangan Labuan Bajo yang sedang gencar dibangun infrastruktur tampak di mana-mana. Di setiap jalan yang saya lalui sedang dibangun trotorar dengan pohon-pohon palem. Bisa langsung terbayang nanti akan seperti apa jadinya ini semua. Lepas dari definisi premium yang saya dan beberapa orang yang saya temui di sana pun belum begitu mengerti.
Kami berangkat dengan kapal Valentina 01 milik iDive menuju beberapa dive point di Utara Komodo yang dikenal berarus namun tentu saja sangat indah, banyak ikan yang lalu lalang di bawah sana. The Cauldron atau yang disebut juga Shotgun. Lalu Castle rock dan Crystal Rock. Pemandangan luar biasa dan arus kencang, hal yang paling diingat untuk ketiga tempat ini, karenanya syarat minimal penyelam di sini minimal sudah AOW (advance open water). Karena terkesima pada pemandangan bawah laut yang sangat indah inilah kamera GoPro saya hilang jatuh di Cystal Rock, lokasi penyelaman ke-3 di hari pertama saya di laut sana. Sedih, tapi harus ikhlas. Pulang dari laut hari pertama menyelam ini teman-teman saya dari Jakarta yang menyusul menyambut di pelabuhan. Kita berencana berangkat menyelam bersama keesokan harinya hingga hari terakhir.
Hari kedua. Saya dan ketiga kawam saya menyelam di area central Taman Nasional Komodo. Sebayur kecil, Mawan dan Tatawa Besar. DI area ini relatif lebih tenang lautnya. Bagi yang hobi foto makro lokasi seperti Sebayur Kecil adalah tempat yang menarik. Saya menemui nudibranch yang cukup langka di sini: Solar Powered Nudibranch. Juga ada Scorpion Fish dan lainnya. Di Mawan juga berpasir dan coral nya bagus sayang manta ray yang biasanya ada di sini pun tidak kami temui. Terakhir hari kedua ini kita menyelam di Tatawa besar, lokasi terakhir kami melihat penyu, Black Tip Shark, Stingray dan juga Cuttleffish. Namun sayang sekali tidak terekam ketiga mahluk terakhir ini. Kesalahan-kesalahan sederhana di dalam laut memang sering berakibat tidak terekamnya momen-momen cantik, memori kamera saya kepenuhan. Sad, sungguh kurang pengalaman, hahaha.
Hari ketiga, kami kembali ke lokasi berarus di Utara ke Crystal Rock, Castle rock dan The Cauldron atau Shotgun. Kejadian ajaib terjadi di hari ini karena GoPro yang jatuh 2 hari sebelumnya ditemukan kembali di di Crystal Rock ini. Masih bagus, baterai dan memori masih utuh. Seru dan arusnya masih sama, banyak sekali hari ini kami melihat hiu dan seliweran di Castle rock. Di Shotgun kembali menguras tenaga kami karena kencangnya arus.
Malamnya kami berkunjung ke warung Halo Bajo. Tempat yang menyenangkan untuk ngobrol-ngobrol berjumpa teman-teman sampai malam di sana. Kita bisa makan roti bakar atau mie instan dengan es jeruk, sekedar ngeteh atau ngopi. Membayar kelelahan menyelam di tempat berarus tadi.
Hari keempat adalah hari terakhir kami menyelam Taman Nasional Komodo, kembali ke area central kami menyelam di Siaba besar tempat penyu-penyu berkeliaran. Manta Point atau Taka Makassar dan Batu Bolong. Di Siaba besar kejadian apes kembali terjadi, begitu banyak footage penyu-penyu besar yang bagus diambil di sini. Sayangnya saat pemindahan file ke komputer fila saya hilang. Kesal sekali, terulang lagi kesalahan yang harusnya tidak terjadi. Di Taka Makassar berharap berjumpa banyak Manta untuk membayar kesalahan saya di dive pertama tidak terjadi, kami hanya menjumpai satu Manta yang sedang berjalan. Sialnya malah saya kehilangan rombongan pada dive ke dua hari terakhir ini yang mewajibkan saya harus naik lebih dulu. Alhamdulillah bisa dilakukan dan aman sampai di kapal. Dive terakhir. Kurangi ekspektasi serendah-rendahnya lagi dan nikmati saja semua keindahan wall di Batu Bolong, coral berwarna warni, sponges, soft coral, ribuan ikan-ikan di sana tanpa harus mikirin kamera. Dan arus lagi! Arus yang sedang berbalik arah ini menjadi penutup kegiatan menyelam di Taman Nasional Komodo kali ini. Kuncinya always stay behind the guide dan stay close to the group. Lelah tapi senang luar biasa.
Pulangnya mengulang prosedur yang sama. Ingat-ingat jangan sakit. Saat menuju bandara batere HP sebaiknya dalam kondisi penuh, karena selain kita harus siap selalu KTP dan surat rapid test. Form e-Hac dari aplikasi dan e-ticket akan berfungsi sempurna kalau HP kita menyala bukan?
Akhirnya sekarang di rumah, menyeduh kopi Flores sambil melamun betapa setiap momen berharga. Semua mempertemukan kita dengan pengalaman baru, pelajaran baru dan teman-teman baru. Mencatat apa saja yang bisa diperbaiki di lain waktu. Dan keinginan untuk kembali ke sana adalah mutlak. (Gabriel Bobby/diceritakan oleh Ade Irawan yang akrab disapa Kang Teple, seorang freelancer dan diver Indonesia)