PATADaily.id - Jakarta - Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Irene Umar bicara tentang peran ekonomi kreatif sebagai mesin baru pertumbuhan nasional (the new engine of growth). Menurut Wamen Ekraf Irene, generasi muda berperan penting akan hal itu.
“Ekonomi kreatif kini berada pada fase padat cipta, di mana kekayaan intelektual berbasis budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi menjadi sumber nilai tambah. Dalam konteks ini, generasi muda memegang peran penting sebagai agen perubahan, mereka bukan hanya mayoritas tenaga kerja kreatif, tetapi juga motor inovasi yang mampu menghadirkan produk ramah lingkungan, memanfaatkan teknologi digital untuk edukasi publik, dan membangun gaya hidup berkelanjutan,” ujar Wamen Ekraf Irene saat menjadi narasumber pada Indonesia Hidden Heritage Creative Hub melalui Talkshow Generasi Menenun Perubahan: Merajut Budaya, Melestarikan Bumi yang digelar di Kantor PBB, Menara Thamrin, Jakarta pada Rabu, 1 Oktober 2025.
Acara ini menyoroti peran ekonomi kreatif sebagai mesin baru pertumbuhan nasional yang berlandaskan budaya, keberlanjutan sosial, dan kelestarian lingkungan. Lebih lanjut, Wamen Ekraf Irene menekankan bahwa pembangunan ekosistem ekonomi kreatif harus berjalan seiring dengan praktik ekonomi sirkular dan konsumsi-produksi yang bertanggung jawab. Dia menyebutkan subsektor seperti fesyen dan kriya memiliki potensi besar untuk menjadi teladan dalam menerapkan prinsip upcycling, reuse, dan zero-waste design.
“Kementerian Ekonomi Kreatif berperan sebagai fasilitator dan katalis melalui kebijakan, program pendampingan, serta promosi internasional. Namun keberhasilan menuju ekosistem kreatif yang berkelanjutan hanya bisa dicapai dengan kolaborasi: pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas, media, dan tentu saja pejuang ekraf itu sendiri,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Komunitas Saling Silang Cynthia S Lestari, menegaskan peran komunitas dalam merawat budaya sekaligus mendorong inovasi.
“Komunitas adalah ruang tumbuh bagi kreativitas anak muda sekaligus jembatan antara tradisi dan masa depan. Melalui kegiatan seperti ini, kami ingin menunjukkan bahwa melestarikan budaya bisa dilakukan dengan cara yang relevan, kreatif, dan berkelanjutan. Dengan kolaborasi yang inklusif, budaya tidak hanya terjaga, tetapi juga menjadi energi baru bagi keberlanjutan ekraf Indonesia,” ujar Cynthia
Talkshow ini menjadi ruang dialog antara sains, kebijakan, dan aksi kolektif yang menegaskan bahwa kreativitas dan keberlanjutan bukanlah dua hal yang terpisah, melainkan saling melengkapi. Melalui generasi menenun perubahan, budaya dapat terus dirajut sekaligus bumi tetap lestari bagi masa depan. (Gabriel Bobby)