PATADaily.id Pesona Bali masih menduduki posisi tertinggi di catatan para traveler sebagai destinasi wisata yang wajib dikunjungi. Tetapi hanya sedikit yang mengetahui bahwa Pulau Dewata memiliki karya seni warisan turun-temurun para leluhur yang perlu dilestarikan.
Hal tersebut dijelaskan Sascha Poespo, seorang fashion artist dan consultant for SASCHARTIST ketika dihubungi patadaily.id, Senin (23/12/2019). Ia menuturkan bahwa tenun Bali adalah salah satunya. "Memiliki keunikan dan ciri khas masing masing, seperti endek, songket dan rangrang, yang keseluruhannya dibuat dengan hati, jiwa, semangat, cinta dan doa yang mengiringi setiap langkah rangkaian jari jemari seniman pengrajin tenun," urainya.
Perempuam berparas manis ini mengatakan, memasyarakatkan endek salah satunya adalah melalui fashion show yang digelar pada Sabtu, 21 Desember 2019 bertepatan dengan peresmian Pasar Seni Semarapura Blok A oleh Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali Ny Putri Suastini Koster, hadir pula Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Klungkung Ny Ayu Suwirta, Wakil Ketua Dekranasda Kabupaten Klungkung Ny Sri Kasta, Ketua DPRD Kabupaten Klungkung Anak Agung Gde Anom, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Provinsi Bali, I Gede Indra.Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta.
8 Fashion designer tampil sarat makna dan pesan pada setiap design-nya. Merdi Sihombing sebagai pembuka acara menampilkan busana ready to wear yang membawa setiap orang berimajinasi menunggu kejutan lain yang akan muncul.
Anggasari - Wastra Bali, melalui Napak Pertiwi, menyuguhkan sosok khas perempuan Bali mengenakan kamen endek dengan nilai spiritual mendoakan keselamatan bumi pertiwi dan alam semesta, gaya eksotik dramatik yang sangat memukau.
Endek sebagai tenun tradisional berhasil di wujudkan dengan baik oleh designer yang hadir, tidak hanya cocktail dress, evening gown tetapi juga ready to wear, fun funky.
Designer muda pendatang baru Kirana Shasi - Srikonta Wastra cukup berhasil menunjukkan karyanya melalui Etnik Golden Du Jour Lalisa, lewat desain K-pop nya.
Lalu Lady Athalia dengan Ekletik Endek Gringsing, seharusnya bisa membuat remaja untuk mulai melek mata menggunakan endek.
Riesna - Dedari Bali Kebaya, dengan Agya Sukma Yowana, busana ready to wear melambangkan perempuan optimis dan kuat menggapai mimpi dengan bahagia, dan enerjik.
Keseluruhan designer memiliki kemampuan luar biasa untuk mempertahankan penggunaan endek, millenial modern tetapi tetap menjujung adat istiadat.
Keterpesonaan designer yang juga pemilik kerajinan tenun, Ayu Dewi - Jegeg Bagus Butik melalui Asmaranala, mewujudkan pesona tenun ikat jepun bali, cantik , memikat.
Designer Jung Sas - Vinaya Boutique mampu merebut perhatian dengan Mirah "Menawa Ratna”. Permata indah dengan 9 warna memancar, sarana dalam salah satu upacara Dewa Yadnya di Bali , teraktualisasi pada evening gown yang sangat anggun.
Penutup oleh designer Rico Anantha - Anantha Couture , melalui Rangkai Garis Seseh membuat saya kagum dengan warna dan cocktail dress yang chic.
Bukan hal yang mudah membuat Bali dikenal melalui Endek nya. Terutama Pasar Seni Semarapura sebagai icon Klungkung. Dengan semangat para fashion designer Bali yang tampil sudah merupakan titik langkah tepat sebagai pembuka awal tahun 2020.
Sebagai pengamat perkembangan mode dan pengajar fashion, saya setuju dengan ide Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta, untuk mengadakan Fashion Show setiap 3 bulan sekali.
Ide menarik untuk bisa bekerjasama dengan Fashion Designer dari luar Bali untuk bisa menampilkan Endek, dan tenun Bali lainnya.
Hingga mimpi Sascha pun bisa terdengar, “Belum sah pergi ke Bali kalau belum beli wastra endek di pasar seni Klungkung”. (Gabriel Bobby)