PATA Daily.id - Tradisi makan sego gudangan pasca Shalat Idul Fitri di Gangsiran, Yogyakarta.
Tradisi makan sego gudangan menjadi tradisi rutin yang dilakukan masyarakat di daerah Gangsiran, Banyurejo, Tempel Slemen, Yogyakarta setelah shalat Idul Fitri.
Sego gudangan sendiri adalah nasi putih yang disajikan dengan sayur gudangan yang terbuat dari daun singkong, daun bayung, dan kecambah yang diberi bumbu atau sambal yang berbahan parutan kelapa dan cabe.
Selain itu, bisa juga ditambahkan dengan tempe, tahu, atau telur rebus sebagai lauknya.
"Tradisi makan sego gudangan di Gangsiran tidak hanya dilakukan pada hari raya Idul Fitri saja. Namun, tradisi ini juga dilakukan pada perayaan-perayaan besar lainnya, seperti Idul Adha atau acara syukuran. Bagi masyarakat setempat, makna dari tradisi makan sego gudangan adalah sebagai wujud syukur dan kebersamaan, serta menjalin hubungan baik antara sesama warga di lingkungan sekitar. Pada hari raya Idul Fitri ini, tradisi makan sego gudangan dilakukan sebagai wujud syukur dan untuk memulai hari yang baru setelah berpuasa selama bulan Ramadan," demikian keterangan dari satu di antara masyarakat setempat, Selasa (25/04/2023).
Tradisi makan sego gudangan di hari Idul Fitri ini dilakukan setelah shalat Idul Fitri. Sego gudangan tersebut disiapkan setiap kepala keluarga sekitar 5-10 porsi.
Sego gudangan dikumpulkan menjadi satu kemudian dibagikan secara acak kepada orang-orang yang ada di masjid tersebut.
Orang-orang pun berkumpul, berbagi cerita, dan makan bersama-sama di teras masjid. Makan dan berkumpul bersama tersebut menjadi ajang silahturami dan membawa kesan kemeriahan serta suka cita Idul Fitri. (Penulis Nikita Christy Alfena, mahasiswi UGM)