PATADaily.id - Jakarta -
TITISAN KASIH 
Mengubah Dunia
VINCENTIUS A PAOLO
Oleh : Adharta
Ketua Umum
KRIS
Awal November 2025
Awal Cinta dari Cinta
Malam itu dingin menyelimuti perbukitan Gascony, Prancis. 
Di rumah kecil beratap jerami, seorang bocah laki-laki bernama Vincentius A Paulo
sedang menatap bintang. 
Di luar, angin menggoyang ranting pohon, dan di dalam, ibunya menambal pakaian ayahnya yang compang dan camping.
“Suatu hari, Nak,” kata ibunya lembut, “kau akan menjadi imam. 
(Cita Cita rata rata Ibu Ibu saat jaman itu) 
Doakan agar ibu dan ayah bisa melihatmu di altar.”
Vincentius hanya diam. 
Ia tahu, untuk sekolah saja, ibunya harus menjual seekor sapi  satu-satunya harta keluarga. Tapi di dalam hatinya yang kecil, api kecil mulai menyala api harapan dan kasih.
Cita-cita dan Kejatuhan
Bertahun-tahun kemudian, Vincentius muda akhirnya ditahbiskan menjadi imam. 
Ia pandai, sopan, dan dikagumi banyak orang. Namun dalam hati, ada ambisi halus yang tumbuh ia ingin hidup terhormat, dihormati, dan sejahtera.
Ia sering diundang makan di rumah bangsawan. 
Ia bergaul dengan para terpelajar. 
Tapi setiap kali ia menatap wajah para petani miskin di jalan, hatinya bergetar aneh seperti ada yang menegurnya dari dalam.
Suatu hari, dalam perjalanan menuju Marseille, kapal yang ditumpanginya diserang bajak laut. 
Vincentius ditawan, dijual sebagai budak di Afrika Utara. 
Dunia yang megah tiba-tiba runtuh.
Hari-harinya penuh siksaan. Ia bekerja di ladang di bawah terik matahari. 
Kakinya luka, tangannya pecah, tubuhnya lemah. Namun di tengah derita itu, ia mulai mengenal arti kerendahan hati.
Suatu malam, di bawah sinar bulan, ia berdoa:
“Tuhan, Engkau mengambil segala yang kumiliki. 
Biarlah Engkau kini memiliki aku seluruhnya.”
Air matanya jatuh, tapi bersamaan dengan itu, hatinya dibebaskan.
Kembali dan Terpanggil
Beberapa tahun kemudian, Vincentius berhasil melarikan diri bersama majikannya yang bertobat dan kembali ke Prancis. 
Ia tidak lagi mencari kehormatan. 
Ia mulai berkhotbah di desa-desa miskin, menemani orang sakit, dan memberi penghiburan kepada tahanan.
Di sebuah desa kecil, ia bertemu seorang wanita tua yang sedang menangis karena anaknya kelaparan. 
Tanpa banyak kata, Vincentius menanggalkan jubahnya dan menyerahkannya
“Ini bukan milikku,” katanya lembut, “Tuhan menitipkannya padamu.”
Dari peristiwa sederhana itu, lahirlah panggilan besar melayani Kristus dalam diri orang miskin.
Kasih yang Bertumbuh
Vincentius kemudian mendirikan Kongregasi Misi para imam yang rela pergi ke tempat-tempat terpencil untuk mengajar, menyembuhkan, dan menghibur. Ia juga mendirikan kongregasi 
Putri Kasih, bersama Louisa de Marillac, untuk para suster yang melayani di rumah sakit dan jalanan.
Ia sering berkata:
“Kita harus melihat Kristus dalam wajah mereka yang lapar, telanjang, dan menderita. 
Jika kita menolong mereka, kita menyentuh hati Kristus sendiri.”
Namun hidupnya tak selalu mudah. 
Banyak yang menentangnya, menuduhnya gila, atau menyebutnya terlalu sederhana untuk dunia modern. 
Tapi Vincentius hanya tersenyum. 
Ia tahu bahwa kasih sejati sering disalahpahami.
Air Mata di Ruang Sakit
Suatu malam di musim dingin, ia mendatangi rumah sakit tua di Paris. 
Bau busuk, udara lembab, dan jeritan orang sakit membuat hati siapa pun gentar.
Seorang suster muda berkata, “Bapa, ini terlalu berat bagi kami.
Kami tidak kuat menanggung penderitaan ini.”
Vincentius menggenggam tangan suster itu, matanya berkaca-kaca.
“Anakku, kasih tidak mengenal lelah. 
Kasih tidak berhenti di ambang penderitaan. 
Di sinilah kita menemukan wajah Kristus yang sejati.”
Ia kemudian duduk di samping seorang pria sekarat, membersihkan luka di kakinya dengan tangan gemetar. 
Air mata menetes dari pipinya ke luka itu bukan karena jijik, tapi karena belas kasih yang begitu dalam.
Harapan di Tengah Derita
Meski kesehatannya menurun, Vincentius tetap bekerja tanpa henti. Ia berjalan dari satu panti asuhan ke panti lainnya, menghibur tahanan, menulis surat bagi mereka yang putus asa.
Kelak banyak mujizat terjadi karena nama Vincentius A Paulo
Suatu sore, seorang anak yatim kecil memegang tangannya dan berkata polos,
“Bapa, apakah Tuhan benar-benar mencintai orang seperti saya?”
Vincentius memeluknya erat.
“Nak, Tuhan mencintai kita lebih dari yang bisa kita bayangkan. Kadang cinta-Nya tampak melalui air mata, tapi percayalah  di balik setiap duka, ada tangan-Nya yang menuntun.”
Anak itu tersenyum, dan di mata Vincentius, senyum itu adalah surga kecil yang turun ke bumi.
Akhir yang Damai
Ketika usia senjanya tiba, tubuh Vincentius melemah. Namun semangatnya tetap menyala. 
Ia menghabiskan malam-malam panjang berdoa di kursinya, memandangi salib kecil di dinding kamarnya.
“Kasih-Mu terlalu besar, Tuhan,” bisiknya pelan. 
“Aku tak layak, tapi aku bersyukur Kau memilih aku untuk melayani-Mu dalam diri orang kecil.”
Pada 27 September 1660, Vincentius menghembuskan napas terakhir.
Tidak ada kemegahan. Hanya sebuah ruangan sunyi, beberapa suster berdoa, dan lilin yang menyala redup.
Namun di luar sana, di hati ribuan bahkan jutaan orang miskin yang pernah disentuhnya, api kasihnya terus hidup.
Warisan Kasih
Ratusan tahun kemudian, namanya masih bergema di setiap panti asuhan, rumah sakit, dan sekolah yang didirikannya. 
Sosoknya menjadi teladan bagi semua orang yang ingin mengasihi tanpa pamrih.
Ia pernah berkata
“Jangan biarkan belas kasih berhenti di bibir. Biarkan ia menjelma dalam tindakan, sekecil apa pun.”
Dan begitulah, Vincentius a Paulo petani miskin yang menjadi imam, budak yang menjadi pembebas, pelayan yang menjadi santo 
Orang suci yang
meninggalkan jejak abad jejak air mata yang berubah menjadi harapan, dan kasih yang mengubah dunia.
Tulisan ini kupersembahkan buat Paroki Santo Vincentius A Paulo
Gunung Putri
Keuskupan Bogor
Panitia PPG
Panitia Malam Dana di Angke Heritage PIK2
26 November 2025 malam
Seluruh Donatur yang berhati emas dan mulia
Semua Pendoa
Terima Kasih Tuhan
Doa ku menyertai
Www.kris.or.id
Www.adharta.com
   
                              
                           
                              
                                                                                                      
                                                
                                                                                                                                                         
                                                
                                                                                                                                                         
                                                
                                                                                                                                                         
                                                
                                                                                                                                                         
                                                
                                                                                                                                                         
                                                
                                                                                                                                                         
                                                
                                                                                                                                                         
                                                
                                                                                                                                                         
                                                .jpg)
.jpg)