Kuliner vegetarian menjadi kunci sukses yang efektif untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari India ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Lima dari sembilan peserta dari India yang mengikuti Familiarization Trip (famtrip) Beyond Bali hasil kerja sama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dengan Malindo Air dan KJRI Indonesia adalah vegetarian. Mereka tidak mengonsumsi daging, sementara pilihan menu vegetarian di sebagian besar restoran Lombok masih terbatas.
Staf VITO New Delhi Chandrani Chakraborty menjelaskan bahwa masyarakat India memang memiliki preferensi makanan yang beragam.
"Ada yang vegetarian dan ada yang tidak, ada juga yang punya pantangan makanan tertentu," ujar Chandrani Chakraborty di Lombok Holiday Hotel pada Kamis (7/11/2019).
Editor in Chief Mumbai Messenger Mewati Silaram Botaram juga sepakat dengan Chandrani. Menurutnya, menu yang lebih variatif serta adanya beberapa jenis makanan atau restoran India akan menarik minat turis India untuk mengunjungi Lombok.
"Karena budaya atau kepercayan tertentu membuat orang India ketat dalam memilih makanan," jelas Mewati dalam siaran pers yang diterima patadaily.id.
Setelah menjelajahi Lombok selama empat hari, Mewati mengakui keindahan Pulau Lombok sebagai destinasi yang sempurna untuk menyelenggarakan pernikahan.
"Ada banyak orang kaya di India yang menyelenggarakan pernikahan di negara lain, mereka biasanya membawa rombongan keluarga yang mencapai 200-300 orang," jelas Mewati.
Biasanya, keluarga India yang melangsungkan pernikahan menetap di satu tempat wisata selama 4 hingga 7 hari. Dengan jumlah rombongan yang besar serta durasi tinggal yang cukup lama, paket pernikahan ini bisa menjadi cara pemerintah Indonesia meningkatkan jumlah kunjungan wisman India secara signifikan.
Dan lagi, menurutnya, adanya fleksibilitas dari hotel terkait menu makanan akan menjadi poin plus. Pasalnya, tidak sedikit keluarga yang mengadakan pesta pernikahan membawa chef sendiri dari India.
Hal ini dikarenakan mereka ingin menghidangkan makanan India saat resepsi berlangsung. Chef ini juga mengetahui budaya dan pantangan yang dianut oleh keluarga tersebut.
"Di beberapa negara seperti Malaysia dan Singapura, ada hotel-hotel yang mengizinkan keluarga India membawa chef-nya sendiri untuk menghidangkan makanan saat pesta pernikahan," jelas Mewati.
Menanggapi usulan tersebut, Kepala Badan Promosi dan Pengembangan Pariwisata Daerah (BPPD) Lombok Tengah Ida Wahyuni Sahabudin mengaku pemerintah akan berupaya mendorong para pelaku industri wisata di Lombok untuk memperhatikan kebutuhan wisman India.
"Nanti kita dorong para pelaku industri seperti hotel dan restoran agar menyediakan menu yang lebih variatif sehingga bisa mengakomodasi kebutuhan wisman India," jelas Ida Wahyuni Sahabudin.
Di sisi lain, belum adanya penerbangan langsung dari India ke Indonesia juga menjadi faktor lain penghambat kunjungan turis India. Mereka harus transit terlebih dahulu di Malaysia atau Singapura.
Akting Konsul Jendral KJRI Mumbai Tennike Erman menjelaskan bahwa banyak pelaku industri wisata yang mempromosikan Indonesia menuntut adanya penerbangan langsung.
"Satu hal yg selalu diulang-ulang oleh pelaku pariwisata di India yaitu tuntutan untuk adanya direct flight dari Mumbai ke Jakarta atau Bali," papar Tennika Erman.
Namun di sisi lain, ia mengapresiasi kegiatan Fam Trip ini. Menurutnya, strategi ini merupakan cara yang tepat memperkenalkan serta mempromosikan wisata Lombok di India.
"Para travel blogger, youtuber, dan jurnalis ini bisa menyebarkan cerita tentang keindahan dan wisata Lombok pada khalayak umum India," ujar Tennika Erman.
Tercatat sejak Januari hingga Oktober 2019 jumlah wisman asal India berjumlah 506.062 dengan target yaitu 700.000 wisman India. Adapun pada 2018, pada periode yang sama jumlah wisman asal India sebanyak 487.256.