PATADaily.id - Bogor - Siapa sangka, di balik sejuknya udara pegunungan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tersimpan aroma kopi yang menggoda dan adanya peluang ekonomi yang menjanjikan. Ya, Desa Wisata Sirnajaya kini tengah menjadi sorotan berkat langkah inovatif warga setempat dalam mengembangkan kuliner berbahan dasar kopi, yakni sebuah terobosan yang bukan hanya menggugah selera, tapi juga bisa menggerakkan roda ekonomi desa.
Dari Biji Kopi ke Aneka Kuliner Kreatif
Selama ini, kopi Sirnajaya hanya dikenal dalam bentuk biji sangrai dan bubuk seduh. Namun berkat sentuhan pendampingan tim peneliti dari perguruan tinggi Universitas Agung Podomoro, Jakarta, masyarakat kini mulai memanfaatkan kopi menjadi aneka olahan makanan, mulai dari cookies kopi, brownies, es krim kopi, hingga kopi susu botolan siap minum (RTD).
“Kami ingin kopi Sirnajaya tidak hanya diminum, tapi juga bisa dinikmati dalam berbagai bentuk kuliner. Ini bagian dari upaya meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan warga,” ujar salah satu pelaku UMKM setempat.
Gotong Royong Membangun Ekonomi Kreatif Desa
Melalui kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan BUMDes Sinar Makmur Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, kelompok tani, UMKM, karang taruna, dan akademisi, masyarakat bersepakat untuk menjadikan kopi sebagai identitas kuliner desa.
Hasil diskusi menghasilkan strategi pengembangan yang mencakup:
- Pelatihan pengolahan makanan berbasis kopi,
- Pembuatan merek dagang “Kopi Sirnajaya”,
- Pengembangan paket wisata edukasi kopi bertema from farm to table,
- Serta kolaborasi lintas pihak untuk promosi dan pendanaan.
Analisis: Kekuatan di Antusiasme dan Potensi Pasar
Dari hasil riset, antusiasme masyarakat menjadi kekuatan utama (bobot 0,40), diikuti oleh kualitas kopi lokal yang tinggi (bobot 0,35). Sementara dari sisi peluang, tren wisata kuliner dan dukungan pemerintah terhadap desa wisata membuka ruang besar bagi pertumbuhan usaha lokal.
Metode SWOT–AHP yang digunakan peneliti menunjukkan bahwa produk kuliner berbahan dasar kopi memiliki potensi pasar paling besar dibandingkan kopi botolan atau es krim kopi.
Tantangan yang Dihadapi
Meski potensinya besar, beberapa kendala masih perlu dibenahi—mulai dari minimnya peralatan produksi, keterbatasan modal, hingga kurangnya pelatihan inovasi produk. “Kami perlu dukungan berkelanjutan agar bisa memenuhi standar industri dan memperluas pasar,” kata Agus Salim, Ketua BUMDes Sirnajaya dalam keterangan resmi, Jumat (10/10/2025)
Harapan: Desa Kopi yang Mendunia
Rencana selanjutnya, pemerintah desa bersama akademisi akan membentuk Sentra Olahan Kopi Sirnajaya serta mengadakan pelatihan lanjutan untuk UMKM. Dengan dukungan branding, sertifikasi halal, dan promosi digital, Desa Sirnajaya diharapkan menjadi ikon wisata kuliner kopi di Kabupaten Bogor, yaitu tempat di mana aroma kopi berpadu dengan semangat wirausaha lokal.
Kegiatan penelitian ini pun dibiayai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia melalui program Hibah Dosen Pemula tahun 2025. Adapun ketua peneliti dalam kegiatan ini adalah Timotius Agus Rachmat yang dibantu oleh anggota dan tim mahasiswa dari program studi bisnis perhotelan.