PATADaily.id - Jakarta - Tak terasa tahun 2025 Restoran Angke genap 60 tahun. Banyak cerita yang harus dilewati dalam menempuh perjalanan panjang hingga Restoran Angke menjadi seperti saat ini. Ya, tentunya ini menjadi perjalanan panjang yang penuh cerita dalam bagaimana meneruskan, membangun, dan membesarkan restoran Angke yang dimulai dari sang ayah.
Dan, pastinya ini selama 60 tahun adalah perjalanan rasa yang tak pernah pudar bagaimana kisah sukses Peter Leeansyah membangun, mengembangkan dan membesarkan Restoran Angke.
Cerita sukses ini bermula dari sebuah sudut Jakarta pada 1965 silam, di tengah hiruk-pikuk kota yang mulai tumbuh, seorang pria sederhana dari Kwang Tung, Tiongkok, membuka sebuah rumah makan kecil. Pria sederhana itu namanya Koh Po Hon.
Namun ketika itu mimpinya tidak besar. Ia hanya ingin memperkenalkan rasa kampung halamannya kepada sesama perantau yang merindukan rumah. Dengan hanya bermodal tiga meja kayu dan satu dapur mungil, ia memulai apa yang kelak akan menjadi legenda, yakni Restoran Angke.
Tidak ada yang memprediksi perjalanan itu. Tidak ada yang tahu, bahwa dari wajan panas dan peluh yang menetes itu, sebuah warisan kuliner akan lahir, bahkan bisa hidup selama lebih dari enam dekade. Menariknya cerita tak berhenti lantaran terus berlanjut ke generasi kedua yang 'menjaga api yang menyala'.
Dari kecil, seorang anak lelaki menyaksikan semua itu. Ia tumbuh di antara aroma tumisan, suara panci beradu, dan tawa para pelanggan yang puas. Ternyata anak itu adalah Peter Leeansyah. Rupanya Peter jeli melihat bahwa restoran bukan hanya soal menyajikan makanan.
Baginya, restoran adalah tempat orang berkumpul, berbagi cerita, dan tak ketinggalan membangun kenangan. Saat tiba waktunya, Peter tidak sekadar meneruskan apa yang dibangun ayahnya. Ia pun menambahkan sesuatu yang hanya bisa diberikan oleh generasi baru, yaitu visi.
Di bawah kepemimpinannya, Angke melangkah keluar dari dapur kecil itu, tanpa meninggalkan ruh aslinya. Peter rupanya membawa Angke ke era baru. Hal tersebut dibuktikan pada 2005 lalu saat Peter membuka Angke Kelapa Gading, cabang besar dengan kapasitas ribuan tamu.
"Konsepnya bukan sekadar tempat makan, melainkan ruang untuk merayakan kehidupan, seperti pernikahan, ulang tahun, reuni keluarga, semua menjadi bagian dari cerita Angke," kenang Peter kepada PATADaily.id, Rabu (7/5/2025).
Peter tak berpuas diri. Namun ia tahu, dunia terus berubah. Generasi baru mencari lebih dari sekadar rasa karena mereka mencari pengalaman. Maka dari sanalah, lahir impian berikutnya yang bisa ia wujudkan, yaitu Angke Heritage di PIK 2.
Di tahun 2024, Peter dan timnya membangun Angke Heritage di atas lahan 2,2 hektar. Bukan hanya restoran, tetapi sebuah taman kuliner, di mana arsitektur kerajaan Tiongkok bertemu dengan rasa otentik Hakka.
Menurutnya, Angke Heritage menjadi simbol: bahwa akar tradisi dan sayap inovasi bisa berjalan bersama. Peter mengungkap sebuah rahasia di balik setiap piring. "Banyak yang bertanya, apa rahasia Restoran Angke? Sebagian akan berkata, itu soal resep. Sebagian lagi akan bilang, soal teknik memasak. Tapi sebenarnya, rahasianya lebih sederhana dan lebih dalam adalah semangat keluarga," terangnya.
Peter menjelaskan, sampai hari ini, setiap pagi sebelum restoran dibuka, seluruh tim berkumpul sejenak. Mereka menundukkan kepala dalam doa, mengucap syukur, dan meminta berkat atas semua makanan yang akan mereka sajikan.
"Itulah sebabnya, ketika Anda mencicipi Ayam Garam, Lindung Cah Fumak, atau Ikan Tahu Taosi di Angke, Anda tidak hanya merasakan bumbu. Anda merasakan cinta. Anda merasakan perjalanan," ucapnya.
Tim yang Menjaga Api itu Tetap Menyala
Restoran Angke tidak berjalan sendirian. Di balik layar, ada sebuah tim yang dipilih bukan hanya karena keahlian, tetapi karena komitmen untuk menjaga semangat Angke.
Berikut struktur Direksi Restoran Angke:
• Peter Leeansyah, Chief Executive Officer (CEO)
Pemimpin utama yang menjaga visi, nilai tradisi, dan arah pertumbuhan Angke di era modern.
• Robby Tjahaja, Direktur Operasional dan Pemasaran (bergabung sejak 2005)
Bertanggung jawab mengelola seluruh cabang, memastikan setiap pelanggan mendapatkan pengalaman terbaik.
• Steven Leeansyah, Direktur Produk dan Pengembangan (bergabung sejak 2013)
Memimpin inovasi produk dan menjaga keaslian cita rasa masakan tradisional.
• Santoso Thio, Direktur Akuntansi dan Keuangan (bergabung sejak 2013)
Menurutnya, mereka mengelola keuangan perusahaan secara ketat, mendukung ekspansi bisnis dengan pondasi yang kuat. "Mereka bukan sekadar kolega. Mereka adalah penjaga semangat, orang-orang yang setiap hari memilih untuk bekerja dengan hati, bukan hanya dengan pikiran," ungkapnya.
Peter mengatakan, Restoran Angke adalah sebuah warisan untuk masa depan. "Hari ini, Restoran Angke bukan hanya tempat makan karena restoran ini adalah bagian dari sejarah keluarga-keluarga di Jakarta dan sekitarnya. Tempat merayakan momen-momen yang tak terlupakan," jelasnya.
Dan, lanjutnya, semua itu berawal dari seorang pria sederhana, seorang anak yang mencintai warisan ayahnya, dan sebuah tim yang percaya bahwa rasa sejati tidak lekang oleh waktu.
Restoran Angke bukan hanya soal makanan
"Restoran Angke adalah tentang keluarga. Tentang doa. Tentang keberanian untuk bermimpi dan keteguhan untuk menjaga akar di tengah perubahan," paparnya.
Dan semua itu, dijaga oleh tangan-tangan yang setia, dipimpin oleh hati seorang pria bernama: Peter Leeansyah. "Kami berhasil memadukan cerita perjalanan 60 tahun menjadi lebih menarik karena ini adalah perjalanan panjang melalui cita rasa istimewa," tuturnya.
Peter mengemukakan, Resto Angke Heritage pada Mei 2025 mendapatkan penghargaan rekor MURI dengan katagori Resto masakan Tionghua TERLUAS dan Resto dengan kolam Koi TERBESAR.
Membesarkan Restoran Angke
Menurutnya, 60 tahun bukan waktu yang sebentar. "60 tahun adalah waktu yang panjang. 60 tahun bukan waktu yang sedikit karena banyak cerita apa yang kami alami selama ini," katanya. Peter menuturkan, saat buka cabang ke 3 di PIK 1 pada 2019, sebetulnya karena saat itu properti agi booming, jadi kami tujukan membawa Restoran Angke untuk mendekatkan diri ke customer.
Lalu, lanjutnya, setelah PIK 1 booming, maka kami langsung mencari lahan di Gading Serpong. "Kami sangat beruntung, begitu kami grand opening di Restoran Angke Gading Serpong yang menjadi cabang ke-4, ternyata 12 hari setelah grand opening, terjadi pandemi covid-19 di seluruh dunia, termasuk di Indonesia yang oleh pemerintah ada pembatasan aktivitas, jadi kami masih sempat grand opening dengan sukses," terangnya.
"Sementara untuk cabang ke-5 di Kedoya Jalan Panjang, kami ada sedikit mengubah konsep yang sebetulnya mencoba karena 4 cabang resto lainnya berada dalam ruko yang tertutup. Jadi yang ke-5 yang ada di Kedoya, maka kami pun membuat konsep terbuka hijau".
"Ternyata antusias masyarakat terutama kaum muda mudi sangat suka. Oleh karena itu kami buka di PIK 2 dengan luas 2,2 hektar," tutupnya. (Gabriel Bobby)