FESTIVAL

Acaraki 'the Art of Jamu' Dukung Kemenekraf untuk HUT ke-80 RI Meriah

post-img

PATADaily.id - Jakarta - Acaraki 'the Art of Jamu' memastikan memberikan support kepada kegiatan Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) untuk perayaan HUT ke-80 RI menjadi tambah meriah tanggal 17 Agustus 2025.

"Kita dukung dengan 3 aktivasi, yaitu EV Kencana, yang merupakan Kereta Kencana Listrik di Thamrin 10, kemudian ada ⁠Angtronic, adalah Angklung electronic di Sarinah dan Aksara Nusantara, yakni mencetak nama dalam aksara tradisional serta papan petisi-nya di Galeri Nasional," tutur pemilik Acaraki 'the Art of Jamu' Jony Yuwono kepada PATADaily.id, Minggu (17/8/2025).

Jony menuturkan bahwa Angklung adalah alat musik tradisional khas Jawa Barat, yang bukan sekadar rangkaian bambu berlaras nada. Ya, Angklung merupakan simbol harmoni dan kebersamaan yang telah mengiringi budaya Indonesia selama berabad-abad.

Dan, pada 16 November 2010 lalu, dunia mengakuinya melalui penetapan UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda, sebuah pengakuan yang menegaskan pentingnya menjaga dan mengembangkan warisan ini.

Dari semangat itulah, lanjutnya, di tahun 2024 lahir gagasan unik dari Lukman Sinara yaitu Angtronic (Angklung Electronic). "Inovasi ini membawa angklung ke dimensi baru, yaitu 28 angklung yang bergerak selaras dengan alunan musik, bukan digerakkan menggunakan tangan, melainkan digerakkan oleh motor yang diprogram secara presisi dan disesuaikan dengan alunan musik," tutur Jony.

Mewujudkan Angtronic adalah perjalanan yang tidak sederhana. Menurutnya, puluhan orang dari berbagai bidang dari musisi, seniman, pengrajin angklung, pekerja bengkel pemesinan, pengrajin ukir, hingga dosen dan mahasiswa Program Studi Teknologi Rekayasa Mekatronika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta bersatu dalam satu visi.

"Melalui diskusi panjang, serangkaian uji coba, dan dedikasi selama setahun penuh akhirnya proyek karya ini terwujud. Desain Angtronic dibuat menyerupai pohon yang melingkar ke atas. Bentuk ini bukan sekadar estetika, tetapi simbol harapan akan Indonesia yang terus tumbuh, berkembang, dan memberi keteduhan bagi masyarakatnya," paparnya.

Dalam momen istimewa ini, yaitu HUT ke-80 RI, maka secara perdana Angtronic akan membawakan 2 lagu, di antaranya yang Pertama adalah lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, ciptaan Wage Rudolf Supratman, yang kali pertama diperdengarkan pada 28 Oktober 1928 silam dalam Kongres Pemuda II di Batavia (kini Jakarta) menjadi simbol persatuan dan semangat kemerdekaan.

"Kedua, “Tanah Airku”, karya Ibu Sud (Saridjah Niung), yang diciptakan pada tahun 1927 dan dikenal luas sebagai ungkapan cinta mendalam pada Tanah Air. Melalui persembahan ini, Angtronic memberikan penghormatan kepada para pencipta lagu yang telah menanamkan rasa kebangsaan melalui karya musik abadi," urainya.

"Dengan tagline ‘The Art of Jamu’, maka Acaraki yang mempunyai misi #MenjamuDunia melalui serangkaian Proyek Revitalisasi. Tapi ini bukan hanya pertunjukan musik tetapi pertemuan antara tradisi dan inovasi, sebuah jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan".

Jony mengungkapkan, Kementerian Ekonomi Kreatif mengapresiasi proyek karya ini sebagai contoh kreativitas berbasis budaya yang memiliki potensi besar sebagai competitive advantage di tengah persaingan global.

Harapannya adalah Angtronic dapat menggerakkan masyarakat untuk kembali mengenali akar budaya, sekaligus bersama menjaga dan merevitalisasi warisan budaya negeri ini. Baginya, ‘Kreativitas Berbasis Budaya’ atau ‘Cultural-based Creativity’ adalah pembuatan ide, praktek atau produk yang berakar atau memanfaatkan pengetahuan tentang suatu budaya dari sisi nilai, tradisi atau ekspresi seni.

"Sumber kreativitas bukan hanya dari teknologi, desain, proses atau kapasitas produksi tapi bisa dari berbagai warisan budaya yang sangat berlimpah di Indonesia," ucapnya. Jony menyebut kenapa ketika kita ke restoran sushi Jepang kita sering melihat aksara kanji yang mengandung pepatah atau kata bijak terpajang dengan membanggakan disana.

Namun, lanjutnya, kenapa di kafe kafe Indonesia, terpajangnya istilah dan pepatah dalam bahasa Inggris ‘Keep Calm and Drink Coffee’ dan sebagainya. "Kenapa di ruang meeting kita terpasangnya kata-kata orang terkenal di barat dalam bahasa Inggris ‘together we strong’ dan sebagainya," tanyanya.

Padahal, lanjutnya, pepatah Jawa ada banyak, begitu pula pepatah Sunda, pepatah Batak, dan Lontara, hingga Bali kenapa ditinggalkan begitu saja. "Semoga ke depannya kita bisa melihat ‘Tut Wuri Handayani’ dalam aksara Jawa terpajang di sekolah sekolah. Sedangkan pepatah Bali di restoran Bali. Sementara pepatah Batak di restoran Batak dan kata bijak Sunda dalam aksara Sunda di kedai-kedai kopi di Bandung," tegasnya. (Gabriel Bobby)

Artikel Lainnya

Banner of PATA - Left Side
Banner of PATA - Right Side