PATADaily.id - Pameran lukisan bertajuk “The Healing” yang menaja puluhan karya lukis dari 26 perupa Kota Semarang digelar di Cafe Ruang Interaksi, Rooftop, Front One Boutique Hotel, Jalan Jendral Ssudirman No 108, Cabean, Semarang, Rabu,( 26/05/2021).
Pembukaan berlangsung marak selain dihadiri Biksuni Titacarini, anggota DPRD Jateng Budi Tjahyono (Komisi D), Andang Wahyu Triyanto (Komisi B) , Alex (owner Front One Hotel), para seniman dan undangan lainnya.
Pameran yang dibuka Bhiksuni Titacarini dari Vihara Maha Bodhi, Semarang ini akan berlangsung hingga Rabu, 9 Juni mendatang.
Iqnatia Dewi dari ID Management mengatakan, kegiatan ini bertujuan memberikan ruang ekspresi bagi pelukis yang hampir setahun tak punya kesempatan untuk unjuk karya dalam event pameran, karena pandemi Covid-19.
“Pameran ini juga bertujuan untuk ajang silaturahmi, menggairahkan jagad kesenian sekaligus dunia wisata budaya di Kota Semarang yang terpuruk terdampak pandemi,” ujar Iqnatia, owner dari ID Management.
Gelaran pameran yang juga untuk memarakkan Hari Raya Waisak 2565 BE/2021 ini mengambil tema ”The Healing”, yang bermakna pemulihan atau penyembuhan luka batin.
“Masyakarat sudah setahun lebih dibuat frustasi, stres dan lelah batin oleh gempuran pandemi Covid – 19. Belum lagi ditambah dengan persoalan dan beban hidup yang lain seperti perekonomian,” ujar Iqnatia yang juga menggeluti dunia seni rupa.
Iqnatia menambahkan, seni diyakini bisa menjadi salah satu alternatif untuk pemulihan atau penyembuh luka batin.
Seni bisa menjadi salah satu alat yang efektif untuk mengobati kesehatan mental. ”Sudah sejak lama seni sebagai media ekspresif digunakan untuk terapi pemulihan mental. Tak hanya apresian yang bisa menikmati karya-karya yang indah sebagai stimulan untuk menenangkan dirinya. Tetapi seniman juga bisa unjuk karya mengekspresikan dirinya melalui buah kerja kreatifnya berupa lukisan,” imbuh Iqnatia.
Hala senada disampaikan Bhiksuni Titacarini, ketika menyampaikan sambutannya, sebelum membuka acara, bahwa dalam menjalani hidup harus seimbang. “Menjalani kehidupan tak boleh terlalu kaku,keras atau ekstrem. Hidup harus seimbang dan menjaga harmoni dengan mahluk yang ada dialam ini,” ujar Bhiksuni Tita Carini.
Dicontohkan, pada awalnya sang Budha Sidarta Gautama, melakukan ibadah puasa dengan ekstrem hanya dengan memakan sebutir nasi sehari. Tetapi yang terjadi hal yang tak diinginkan.
“Akhirnya kembali menjalani dengan kehidupan yang normal. Ibarat senar dalam alat musik, tak boleh kendor karena tak bisa keluar suaranya ketika digesek. Demikan juga tak boleh terlalu kencang, karena akan putus ketika digesek. Inti pelajarannya, dalam menjalani kehidupan harus seimbang dan harmonis,” tandas Bhiksuni.
Atie Krisna dari Kominitas Pelukis Perempua Semarang, mengapresiasi dan menyambut baik gelaran pameran yang ditaja ID Management.
“Ajang pameran yang diinisiasi ID Management ini memberi ruang kepada para pelukis Semarang yang selama pandemi ini tiarap. Mudah-mudahan akan disusul dengan event-event lain sehingga kehidupan berkesenian di Semarang bergeliat,” ujar pelukis senior ini dalam siaran pers yang diterima patadaily.id belum lama ini.
Sementara itu, Andang Wahyu Triyanto dari Komisi B DPRD Semarang, menyampaikan apresiasinya dengan gelaran pameran ini.
Kegiatan ini apresiatif ini bisa memantik generasi milenial untuk berkresai melalui dunia seni. “Ke depan bisa lebih dikembangkan dengan bekerja sama dengan berbagai stakeholder. Harapannya masyarakat kenal seniman-seniman dan membeli karyanya untuk dikoleksi. Ke depan saya akan berupaya mendukung program seniman,” ujar Andang yang juga terlibat diberbagai organisasi kesenian.
Seni Pemulihan dan Penyembuhan
Pada pembukaan pameran juga dihadirkan seni musik yang juga diyakini salah satu cabang seni yang sangat mujarab untuk terapi pemulihan dan penyembuhan batin atau mental.
Pada kesempatan itu, Master Cellis Indonesia Asep Hidayat Wirayudha menggandeng Cellis Abror dari Jogjakarta. Keduanya sangat ngeblend mengusung karya Antonio Vivaldi menjadi repertoar yang ciamik.
Asep Hidayat Wirayudha yang dikenal dengan nama panggungnya Dhen Hidayat ini merupakan salah satu Cellis terbaik Indonesia yang sudah tampil lebih dari 40 negara dan 100 kota di Indonesia ini menggandeng Cellis Abror memainkan karya Antonio Vivaldi . Sedangkan Abror rekan duetnya Cellis jebolan jurusan musik ISI Yogyakarta.
"Musik bisa menjadi salah satu sarana penyembuhan luka batin. Demikian juga dengan seni visual berupa lukisan, " ujar Dhen Hidayat sebelum memainkan karya Vivaldi yang menggairahkan.
Tak kalah menarik ketika penyair Kendal Kelana Siwi dengan daya pukaunya membius audiens ketika membacakan sajak bertajuk: “Nyanyian Angsa” karya penyair burung merak WS Rendra.
Penyair berambut gondrong tampil dengan gaya teatrikal yang berhasi membetot batin audiens. Apalagi Saxofonis Andi mengiringi dengan permainan saxofonenya yang berhasil mendukung suasana, sehingga Kelana Siwi bisa berekspesi tuntas mengejawantahkan “Nyanyian Angsa” sebagai pertunjukkan yang menarik, bukan hanya sekadar baca puisi.
Gelar Acara Seni
Hajat pameran ini menaja karya pelukis ; Mona Palma, Gunawan,Maria Tiwi, Solechan, Ignatia Dewi, Haryanto, Atie Krisna, Ilyas, Diah Irawati, Zulfy, S.Hartono, Parminto, Sigit, Achsani, Jalembong, Yeyen, Syaikun, Simon, Rusli, Benu, Sutopo, Arifin Jombar, Erich, Isa dan Heri .
Selama pameran berlangsung akan menampilkan berbagai kegiatan, antara lain; diskusi yang akan menampilkan pengamat seni rupa Tan Markaban, permaianan Saxophone by Andy, lukis model, demo freehand sket Erick Ambon VS S Hartono, dan demo skets vs lukis.
“Dalam event ini juga akan dimeriahkan dengan podcast dengan berbagai tema antara lain; Buddha Dhamma dan healing. Menariknya pengisi acara podcast ini dari generasi milenial vs lansia alias usi uzur,” ujar Iqnatia berpromosi. (Gabriel Bobby)