TRAVEL

Sascha Poespo Suka Bali

Sascha Poespo (Ist)

Sascha Poespo, seorang Fashion Artist & Consultant for SASCHARTIST mengaku selama ini suka traveling ke Bali.

Ya, perempuan berparas manis ini mengaku Pulau Dewata mampu memikat dirinya untuk mendukung minatnya dalam fashion. Kalau bicara soal traveling, biasanya saya akan cari tempat yang bisa memberikan satu ide yang titik tujuannya Tidak lain untuk fashion. Kemana pun saya pergi. Entah itu museum, candi-candi atau bangunan bersejarah yang memiliki arsitektur sangat mengagumkan bahkan perbukitan pun bisa menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi," urainya ketika dihubungi patadaily.id, Kamis (28/11/2019).

Sascha mengaku tempat yang sering ia datangi dan menjadi favorit di Bali adalah Ubud, terutama Tjampuhan Ridge Walk. "Dari matahari terbit sampai terbenam selalu menginspirasi untuk berkarya. Merupakan sebuah masterpiece apabila kita dapat berbahasa seni melalui alam dan semestanya, membutuhkan saat cemerlang untuk menterjemahkannya," paparnya.

"Menghirup udara pagi yang segar, menikmati indahnya terbit mentari, mendengar kicauan burung, sesekali terdengar iringan gamelan Bali. Semua hal itu menyadarkan kita bahwa imajinasi saja tidak cukup, kita harus bisa membaca bahwa alam atau nature di depan mata bisa berjalan beriringan mewujudkan karya besar," urai Sascha.

Ekspresi Sascha Poespo ketika traveling (Ist)

Meski ia menyukai Bali, Sascha berharap kelak suatu hari nanti juga bisa traveling ke Papua. "Satu hal yang saat ini ingin saya datangi adalah Papua, tepatnya pulau kecil di Teluk Cenderawasih, yaitu Biak. Tidak banyak orang tahu atau mengenal Biak yang memiliki banyak keindahan. Dan saya beruntung karena memiliki banyak pengalaman menarik selama 4 tahun tinggal di Biak," tuturnya.

Sascha mengisahkan ketika itu di tahun 1970-an, zaman dimana TV masih hitam putih, kota Biak masih dikelilingi hutan belantara. Dan justru sangat menarik karena jalan-jalan ke hutan menjadi kegiatan favorit di akhir pekan.

"Melihat indahnya anggrek hutan yang dipenuhi semut rangrang, berburu selongsong peluru bekas perang, bahkan sampai bermain-main dengan telur-telur binatang melata yang tidak sengaja saya temukan," katanya mengenang.

Ia menjelaskan, Biak memiliki keunikan sediri dengan Gua Jepang karena menjadi pulau bersejarah sebagai saksi bisu kedahsyatan Perang Dunia ke-2. Letaknya dianggap sangat strategis bisa langsung menembus pantai sehingga gua ini dijadikan tempat perlindungan atau bunker.

"Lumut tebal dan stalagtit yang menempel di dinding gua masih melekat di ingatan saya. Teringat cerita tempat ini merupakan kuburan massal ketika tentara Amerika Serikat menjatuhkan bom untuk menghabisi sekitar 3000 tentara Jepang saat itu," ucapnya.

Pengalaman masa kecil Sascha yang menarik tentunya akan memiliki cerita berbeda jika dilakukan pada zaman milenial. "Saya rasanya sudah tidak sabar untuk bisa kembali mengunjungi Biak, menjalani napak tilas di usia hampir setengah abad ini," katanya penuh semangat.

"Teringat saya di atas perahu, senang sekali melihat ayah dan ibu berenang melakukan snorkeling di laut jernih penuh dengan warna warni ikan ikan cantik berseliweran. Dan saya bersenandung… Apuse kokon dao, yarabe soren doreri...< kenangnya. (Gabriel Bobby)

Artikel Lainnya