PATADaily.id - Jakarta - PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney yang merupakan Holding BUMN Industri Aviasi dan Pariwisata mengungkapkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan Indonesia saat ini tertinggal dibandingkan Malaysia hingga Vietnam.
Padahal, aset pariwisata alias sumber daya yang dimiliki Indonesia terbilang besar. Senior Vice President (SVP) Corporate Secretary InJourney Yudhistira Setiawan mengatakan bahwa Indonesia memiliki kekayaan aset pariwisata yang melampaui banyak negara Asia Tenggara.
Sayangnya, Yudhistira mengungkap Indonesia saat ini menempati peringkat kelima dari sisi kunjungan wisatawan. “Indonesia itu memiliki aset pariwisata yang terbesar di Asia Tenggara, tetapi ketika kita konversi ke dalam kunjungan wisatawan, Indonesia itu menjadi yang terendah. Bahkan sekarang posisi kelima di bawah Singapura, Taiwan, Malaysia, dan Vietnam,” paparnya dalam Indonesia Tourism Outlook 2026 di Jakarta, Rabu (29/10/2025).
Selain itu, Yudhistira menuturkan, kedatangan wisatawan di Indonesia lebih rendah dengan masa tinggal yang lebih pendek dan pengeluaran per pengunjung yang juga lebih rendah. “Kenapa kita memiliki aset yang sedemikian indah, sedemikian banyak, tetapi kunjungan wisatawannya sangat minim,” jelasnya.
Menurut Yudhistira, kondisi tersebut menunjukkan potensi ekonomi sektor pariwisata belum termanfaatkan secara optimal. Untuk itu, dia menilai perlu adanya percepatan guna mendukung mobilitas wisatawan.
Yudhistira menyampaikan, InJourney telah menyiapkan enam pilar pengembangan pariwisata nasional, yang terdiri atas pembangunan atraksi dan program, penguatan destinasi unggulan, peningkatan konektivitas penerbangan, pembangunan infrastruktur, penerapan pariwisata berkelanjutan, hingga pengembangan talenta.
Dalam hal infrastruktur, Yudhistira menyebut perlu adanya perbaikan hingga pengembangan agar wisatawan dapat lebih mudah mencapai destinasi wisata. Selain itu, dia menambahkan, peningkatan kunjungan wisatawan juga menjadi faktor penting untuk menarik investasi baru di lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), yang mencakup Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang. “Kalau kita bicara destinasi, kita bicara mengenai positioning dari masing-masing destinasi, di situlah nanti bagaimana investasi itu dapat masuk untuk ikut mengembangkan destinasi tersebut,” terangnya. (Gabriel Bobby)

.jpg)
.jpg)