PATADaily.id - Desa Tanjungjaya, Pandeglang, Banten merupakan desa wisata yang dikelilingi oleh beberapa pantai.
Banyaknya potensi daerah yang dapat dikembangkan, melahirkan banyak penggiat bisnis yang terdiri dari 14 UMKM di Tanjungjaya, 4 bidang kuliner, dan 10 bidang kerajinan.
Kekayaan alam memantik hati masyarakat setempat untuk mengolahnya sekaligus untuk memajukan perekonomian desa.
Salah satu pengrajin asal kampung Sukamulya, Teddy Mulyadi, berbagi cerita tentang kisah perjalanan perkembangan di desa.
“Memang asalnya cuma iseng sih. Jadi waktu itu harga kelapa lagi jatuh murah banget terus banyak kelapa yang mubazir dibuang begitu saja. Nah, saya pungutin saya coba dibikin apa yang sekiranya sesuai dengan tekstur sibatok. Ada yang jadi mangkok, ada yang jadi cangkir, asbak gitu mba. Akhirnya saya sering cari cari si batok kelapa yang dibuang begitu saja. Pikir saya kalau dijadiin sesuatu mungkin akan lebih mahal harga jualnya. Ahh saya manfaatin tu limbah. Ehh jadi keasikan. Akhirnya jadi hobi.” tuturnya dalam siaran pers yang diterima patadaily.id, Selasa (3/7/2021).
Gelora yang disematkan pada tiap usahanya memperlihatkan keinginan para pengrajin untuk terus berkreasi dan berinovasi.
Namun, keinginan tersebut tidak sejalan dengan sistem pemasaran karena adanya keterbatasan kemampuan dalam memahami tren pemasaran masa kini.
Sebelumnya Teddy mengaku bahwa sudah mencoba jual produk desa melalui beberapa ecommerce ternama di Indonesia.
Berjalan beberapa bulan, tak ada satu pun yang mengunjungi lamannya yang sempat menyurutkan semangat pengrajin sehingga para pengrajin hanya melakukan pemasaran secara tradisional.
Berbagai cara telah diupayakan agar penjualan dapat dipesan dari berbagai daerah di Indonesia, namun sama saja, pemahaman akan pentingnya pembuatan konten yang menarik dan interaktif menjadi sebagai tembok pembatas. Akhirnya, produk biasanya hanya dipesan oleh pengunjung wisatawan yang berlibur ke Tanjung Lesung, namun semenjak adanya COVID-19, terlebih diberlakukannya PPKM Darurat, masyarakat setempat mengeluh karena tidak adanya produk yang terjual.
"Instagram sebagai media pemasaran masa kini yang kian populer setelah adanya penambahan fitur Shopping In Stories, dapat menjadi media awal untuk memperkenalkan produk para IKM ke khalayak luas. Faktanya, 96% pemasar yang menggunakan iklan di Instagram, merasakan peningkatan engagement atau penjualan produk sehingga berniat untuk melanjutkan pemasaran tersebut hingga 6 bulan ke depan".
Selama 50 hari melaksanakan KKN secara daring, mahasiswa/i KKN PPM UGM 2021 berinisiasi untuk mencanangkan berbagai macam program kerja yang diharapkan dapat membantu memudahkan para warga Desa Tanjungjaya, Banten, khususnya terkait sistem pemasaran.
Alfia Syahra Himmawan mencanangkan Pelatihan serta Pendampingan Pengelolaan Media Sosial Instagram Desa untuk Muda-Mudi POKDARWIS Desa Tanjungjaya yang berkolaborasi dengan Andrea TSP Domargo dan Gabriel Evangelion.
Acara tersebut tengah diselenggarakan melalui Zoom Meeting dan WhatsApp Group, mulai dari Minggu, 1 Agustus 2021 hingga Minggu, 15 Agustus yang akan datang.
Melalui pemaparan materi di Zoom Meeting, sangat terlihat antusias pemuda/i Desa Tanjungjaya untuk saling belajar terkait etika menjadi admin yang baik, brand guidelines, hingga implementasi pembuatan konten yang layak dipromosikan melalui Instagram Ads.
Seusai diadakannya pemaparan materi, selanjutnya pemuda/i POKDARWIS mengikuti kompetisi untuk memacu mereka dalam mengimplementasikan materi dengan baik.
Harapannya, pemuda/i POKDARWIS membuat konten secara terjadwal guna meningkatkan engagement dan kuantitas produk yang terjual, meskipun program KKN PPM UGM 2021 telah usai.
Konten yang akan dibuat adalah konten yang pilarkan pada social media identity, yang telah dibuatkan oleh tim KKN, dan penulisan isi konten secara apik.
Dengan adanya kegiatan ini, Instagram Cikadu Edutourism Centre dapat aktif kembali dengan berbagai informasi menariknya yang kemudian menarik wisatawan untuk berkunjung dan membeli, bila situasi pandemi COVID-19 telah pulih. (Gabriel Bobby)