PATADaily.id - Bisa jalan-jalan ke Morotai adalah salah satu mimpi dalam hidup yang akhirnya terwujud.
Begitu yang dikatakan Brenda, karyawan PT Jababeka Morotai kepada patadaily.id ketika ditemui di kantornya di Menara Batavia, Jakarta, Senin (17/1/2022).
"Sejak pertama kali terekspos dengan keindahan Morotai, aku akhirnya bisa bepergian ke Morotai setelah 3 tahun. Mungkin ini yang disebut orang-orang sebagai “Law of Attraction”, karena setelah berkali-kali berkata pada orang-orang terdekat bahwa suatu hari aku ingin ke Morotai , dan akhirnya benar-benar kejadian bisa berlibur ke yang disebut-sebut orang sebagai Mutiara di Bibir Pasifik," tuturnya dengan ekspresi senang.
Ia mengatakan bahwa pada tahun lalu terbang ke Morotai untuk urusan pekerjaan sekaligus traveling.
Petualangan Brenda yang tak terlupakan ini dimulai dari Jakarta terbang ke Manado untuk transit sekitar 2 jam, dan kemudian terbang ke Ternate selama kurang lebih 1 jam.
"Pesawat berhenti di Ternate, namun bagi yang melanjutkan perjalanan ke Morotai, cukup menunggu di dalam pesawat. Setelah semua penumpang naik, kita pun melanjutkan penerbangan ke Morotai," katanya.
Tiba di Morotai, Brenda menjelaskan, dijemput oleh tim D’Aloha Resort menuju ke SKPT Daeo, pusat perikanan di Morotai untuk mencoba sashimi tuna dengan sambal khas Morotai.
"Pada hari kedua, aku mengunjungi Pasir Timbul dengan speedboat, pantai pasir putih di tengah laut yang bentuknya berubah-ubah tergantung air pasang. Jaraknya sekitar 10 menit dari tempat kami menginap di D’Aloha Resort, airnya biru kehijau-hijauan dan sangat jernih. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Kokoya, tempat ikan-ikan kecil berkumpul," cerita Brenda.
Ia menjelaskan, hampir semua pulau dan pantai di Morotai memiliki pasir putih dan air yang jernih. "Di Kokoya, kita dapat melihat layer-layer gradasi warna air laut yang begitu cantik.
Dari Kokoya, kita berangkat ke Taman Laut di dekat Pulau Dodola. Di taman laut ini, kita berencana untuk melakukan snorkeling. Karena aku belum pernah benar-benar snorkeling sebelumnya, aku didampingi oleh tour guide dari D’Aloha Resort untuk mengelilingi taman laut tersebut. Dari batas permukaan air, kita bisa melihat terumbu karang yang beraneka ragam, dengan ikan ikan kecil warna warni yang berenang kesana kemari. Tak jarang, kita juga bisa menemukan timun laut, anemone, ikan nemo atau bintang laut," paparnya.
Dari taman laut, lanjutnya, berangkat menuju Pulau Dodola. Untuk sekadar diketahui, Pulau Dodola terdiri dari 2 pulau, yaitu Dodola Besar dan Dodola Kecil.
"Di siang hari, air surut membentuk semacam jembatan pasir putih yang menghubungkan kedua pulau ini. Kita pun menyeberangi Dodola Besar menuju Dodola Kecil dengan berjalan menyusuri jembatan ini. Tidak berhenti di Dodola, kita menuju ke Pulau Zum Zum atau dikenal pula sebagai Pulau MacArthur, sebuah pulau yang menjadi saksi bisu saat Perang Dunia II sebagai tempat Jenderal Douglas MacArthur.
Pada hari ketiga, kami juga mengunjungi beberapa spot menarik melalui darat, yang pertama adalah Pantai Batu Lobang. Di tengah pantai, terdapat sebuah batu besar. Setelah melihat-lihat batu tersebut, kami pun kembali ke tepi pantai dan menikmati kelapa muda," ujarnya.
Keseruan kerja sambil traveling di Mororai masih berlanjut. "Dari Batu Lobang, kami pergi ke Desa Bido dan melihat pohon kelapa dengan batang yang pendek dan buah yang sangat besar. Kami kemudian pergi melihat Pantai Nunuhu. Satu hal yang paling menarik dari Morotai adalah pantainya yang masih jernih, bersih, dan eksotik karena belum banyak terjamah turis dan dirawat dengan baik.
Tak hanya keindahan yang eksotis, Morotai juga menyimpan banyak sekali sejarah Perang Dunia ke II," ungkapnya.
Dan, keseruan kerja sambil traveling di Morotai belum berhenti. "Pada hari terakhir, kami mengunjungi Museum Swadaya Perang Dunia II dan juga Museum Trikora. Museum Swadaya atau dikenal dengan nama Museum Muhlis Eso, adalah jejak-jejak Perang Dunia II yang dikumpulkan oleh pak Muhlis sendiri selama ini. Sungguh dedikasi yang sangat mengagumkan dan mengharukan dari pak Muhlis. Sebelum kembali ke Jakarta, aku menyempatkan diri berenang di depan D’Aloha Resort yang ternyata cukup menyenangkan. Sambil duduk di restoran, aku pun bersantai dan menikmati semilir angin," kenangnya.
Brenda mengaku sungguh perjalanan ini adalah salah satu perjalanan terbaik dalam hidup dan tak akan pernah dilupakan. "Mari kita majukan tempat-tempat pariwisata Indonesia yang belum tereksplor turis," katanya penuh semangat. (Gabriel Bobby)