Destination

Diversifikasi Ekspor, Kementerian Ekraf Targetkan Senegal Gerbang Ekspor Produk Kreatif ke Afrika Barat

post-img

PATADaily.id - Jakarta - Kementerian Ekonomi Kreatif/Badan Ekonomi Kreatif (Ekraf) menjajaki kolaborasi dengan Senegal sebagai pintu gerbang baru untuk ekspor produk ekonomi kreatif sekaligus destinasi investasi di kawasan Afrika Barat. Langkah strategis ini merupakan upaya diversifikasi ekspor, dengan menggeser fokus dari komoditas tradisional ke produk bernilai tambah tinggi seperti fesyen, film, dan animasi.

Hal ini mengemuka dalam audiensi Menteri Ekraf/Kepala Badan Ekraf Teuku Riefky Harsya, dengan Duta Besar RI untuk Senegal, Ardian Wicaksono, di Kantor Kementerian Ekraf, Jakarta, Kamis, 20 November 2025. “Mudah-mudahan hubungan bilateral Indonesia dan Senegal didasarkan pada semangat dan strategi meningkatkan investasi, ekspor, dan penciptaan lapangan kerja di sektor kreatif,” tegas Menteri Ekraf.

Menurut Menteri Ekraf, capaian nilai ekspor dan investasi subsektor ekraf telah mengisi porsi 66 persen dari target tahunan sebesar Rp 136,28 triliun. Investasi yang paling banyak didominasi subsektor aplikasi, fesyen, kuliner, dan kriya.

“Kalau budaya itu hulunya, ekonomi kreatif menjadi hilirnya dengan sentuhan inovasi teknologi dan digitalisasi kreativitas. Tentu, kita bisa menyebutnya dengan istilah _new mining_ itu kreatif ekonomi. Bisa coba dilihat mana yang disesuaikan kerja samanya, terkait ekspor, tentukan kekuatan subsektor ekraf yang mampu didorong masuk ke pasar Senegal seperti modest fesyen maupun subsektor lainnya,” ujar Menteri Ekraf.

Sementara itu, lanskap ekonomi Senegal termasuk tingkat pengangguran kalangan muda dan ketergantungan terhadap impor juga dibahas dalam pertemuan ini. Potensi kolaborasi untuk subsektor fesyen, film, dan animasi dijajaki dengan fokus pada pemanfaatan kekuatan Indonesia dan kebutuhan Senegal.

“Senegal sangat menarik karena sedang mengembangkan industri kreatif yang coba menggali dari alam seperti Pohon Baobab. Dari potensi ini bisa dibuat hiasan, souvenir, dan selai buah. Bisa juga dibuka peluang untuk membuat produk turunan seperti baju olahraga dan fesyen. Selain itu, Indonesia dan Senegal bisa kolaborasi dengan alat musik antara kolintang dan balafon yang bisa dipadukan iramanya,” ungkap Ardian Wicaksono.

Senegal terus memainkan peran strategis sebagai pintu gerbang ekonomi di kawasan Afrika Barat, khususnya dalam blok Economic Community of West African States (ECOWAS). Dengan mayoritas 90 persen penduduk muslim sunni, Senegal menunjukkan pertumbuhan PDB yang stabil didorong sektor jasa, pertanian, dan investasi.

“Kolaborasi juga bisa dilakukan dengan memberikan edukasi, menguatkan kapasitas, dan memasukkan knowledge dari banyak produk kreatif sehingga berdampak pada pengembangan hubungan Indonesia dan Afrika. Indonesia tak hanya ekspor produk atau komoditi kuliner saja, tapi banyak produk kreatif yang punya keunikan bisa dikenalkan bersama contohnya melalui animasi. Harapan kami, Kementerian Ekraf bisa lebih mengembangkan barang atau produk yang tak hanya sekadar barang pakai, tapi menjadikan produk tersebut punya nilai tambah untuk kreativitas dan pertumbuhan industri kreatif itu bisa diekspor ke Senegal,” harap Ardian Wicaksono.

Dalam pertemuan tersebut, Menteri Ekraf turut didampingi Deputi Bidang Pengembangan Strategis Ekonomi Kreatif Cecep Rukendi; Direktur Kajian dan Manajemen Strategis, Agus Syarip Hidayat; serta Tenaga Ahli Menteri Bidang Isu Strategis, Gemintang Kejora Mallarangeng. (Gabriel Bobby)

 

Artikel Lainnya

Banner of PATA - Left Side
Banner of PATA - Right Side