Ketua Dewan Pengurus Pusat ( DPP) Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) Asnawi Bahar dan Nunung Rusmiati, Sekjen DPP ASITA (kanan) (Ist)
Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies ( ASITA) meminta agar Online Travel Agency ( OTA) dan airlines agar bersinergi dan memiliki keinginan tumbuh bersama untuk mengembangkan pariwisata Indonesia. “ Para stakesholder ini agar membuat kebijakan yang tidak merugikan pihak terkait. Traveloka misalnya sebagai OTA yang dikuasai asing atas nama strategi pemasarannya bisa menjual harga tiket jauh lebih murah, memberikan harga promosi berbulan-bulan dan insentif yang menarik sehingga merugikan bisnis biro perjalanan wisata ( BPW),” kata Asnawi Bahar, Ketua ASITA dalam siaran pers yang diterima patainanews.com belum lama ini. Asnawi mengatakan, di awal tahun 2019, OTA dan airlines kehilangan komitmen dan mengambil kebijakan jalan sendiri tanpa memikirkan akibatnya bagi usaha terkait apalagi dilakukan saat masyarakat Indonesia sudah melek wisata. “Di saat industri pariwisata berkembang dan banyak peluang yang bisa digarap bersama. Garuda Indonesia malah menghapuskan komisi agen yang selama ini menjadi ujung tombak dalam penjualan tiket penerbangannya,” ujarnya didampingi Sekjen ASITA, Nunung Rusmiati Selain itu juga tingginya tiket pesawat rute domestik Garuda Indonesia memicu wisatawan Indonesia malah ramai-ramai berwisata ke luar negeri karena penerbangan asing ke Jepang, misalnya untuk return tiket Jakarta-Tokyo cukup membayar Rp4 juta per orang. Bukan hanya itu, Lion Air Grup khususnya pesawat Lion Air dan Wings Air per 8 Januari 2019 juga mengenakan biaya bagasi kepada penumpangnya. Hal ini, kata Asnawi membuat kericuhan di tengah masyarakat apalagi untuk 30 kg harga bagasi bisa mencapai Rp930.000. “Kebijakan LionGrup ini selain meningkatkan biaya logistik di semua sektor juga akan mempengaruhi pergerakan wisatawan terutama domestik (Nusantara),” ungkap Asnawi. Pihaknya berharap pemerintah turun tangan dengan ulah OTA maupun kalangan penerbangan ini sehingga tidak merugikan masyarakat dan menciptakan persaingan usaha yang sehat. “Kami minta pemerintah menyoroti kiprah OTA asing apakah punya agenda untuk mengembangkan usaha atau memang politik sengaja ‘membunuh’ usaha BPW,” kata Rusmiati. Dia juga menyinggung langkah Garuda menghilangkan komisi untuk agen pastinya juga akan dilakukan oleh penerbangan asing yang selama ini menjadi mitra BPW sehigga ntuk anggota ASITA semakin sulit beroperasi. “Kami sudah menulis permohonan bertemu Presiden Jokowi agar OTA, Airlines dan Kementerian terkait berpihak pada pengembangan pariwisata nasional termasuk usaha BPW di dalamnya," kata Rusmiati. (Gabriel Bobby)