PATADaily.id - Jakarta - Tak terasa tahun 2025 sudah di depan mata. Rasanya baru kemarin saya merayakan pergantian tahun 2024 di Bundaran HI. Hiruk-pikuk warga Jakarta, pertunjukan drone yang menghitung mundur, dan pesta kembang api yang meriah masih melekat di ingatan. Meski mengesankan, suasana penuh sesak membuat saya berpikir ulang untuk kembali ke sana tahun ini.
Untuk menyambut tahun baru kali ini, saya dan teman-teman sepakat mencari suasana yang lebih santai. Awalnya, kami ingin mencoba glamping di Bogor, membayangkan malam tahun baru di bawah langit berbintang dengan hangatnya api unggun. Namun, realitas kemacetan yang selalu menyelimuti Puncak segera mengubur harapan itu. Bandung sempat menjadi pilihan kedua, tetapi harga penginapan dan tiket transportasi yang melonjak hingga tiga kali lipat membuat kami mundur.
Akhirnya, kami memilih opsi yang lebih sederhana namun tetap berkesan, yakni staycation di Jakarta. Setelah beberapa kali berburu tempat yang sesuai, kami memutuskan untuk menyewa sebuah apartemen di kawasan Fatmawati.
Hari yang Dinanti: Bersiap Menyambut Tahun Baru
Pada 31 Desember, kami check-in di apartemen sekitar pukul dua siang. Beberapa teman sudah tiba lebih dulu dan asyik dengan kegiatan masing-masing. Ada yang berenang di kolam apartemen, ada yang sibuk berdandan, dan ada pula yang—seperti saya—memilih tidur siang demi stamina malam nanti.
Menjelang Maghrib, kami semua berkumpul untuk memulai persiapan. Tugas pun terbagi: para perempuan mengurusi marinasi daging, sementara para lelaki menyiapkan kompor portable dan area grill di balkon. Sambil menunggu daging siap, kami menghabiskan waktu dengan karaoke. Suara sumbang bercampur tawa mengiringi lagu-lagu dari yang galau hingga yang mengundang joget bersama.
Malam Tahun Baru: Kehangatan di Tengah Kesederhanaan
Pukul 21.30, sesi grill dimulai. Kami memiliki 2 kilogram daging slice dan sosis—cukup untuk menyuplai energi hingga tengah malam. Duduk melingkar di sekitar kompor, kami menikmati makanan sambil berbagi cerita, tawa, dan canda. Dari balkon lantai enam, kembang api mulai terlihat, mengiringi suasana malam yang hangat.
Saat waktu mendekati pukul dua belas, kami semua menuju balkon. Dengan antusias, kami menghitung mundur bersama. “Tiga, dua, satu... Selamat Tahun Baru!” teriakan kami serentak memenuhi udara, bersamaan dengan ledakan warna-warni kembang api di langit Jakarta. Ponsel-ponsel terangkat, mengabadikan momen magis yang tak tergantikan. Kami saling mengucap harapan, doa, dan berbagi senyuman hangat.
Malam yang Tak Ingin Berakhir
Setelah puas menyaksikan pertunjukan kembang api, kami kembali melanjutkan makan malam yang hampir tandas. Meski kenyang, rasa kebersamaan mendorong kami melanjutkan malam dengan bermain berbagai permainan—truth or dare, UNO, hingga tebak kata. Waktu terasa berlalu begitu cepat hingga akhirnya kelelahan mengalahkan kami. Malam pun ditutup dengan tidur lelap, membawa cerita bahagia di penghujung tahun.
Tahun Baru, Harapan Baru
Keesokan harinya, kami bangun siang dengan tubuh yang lelah tapi hati yang hangat. Tidak ada aktivitas spesial di pagi itu, namun kenangan malam sebelumnya masih membekas. Tahun baru ini mengajarkan bahwa kebahagiaan bukan tentang lokasi atau kemegahan acara, melainkan dengan siapa kita berbagi momen.
Doa saya untuk tahun 2025 adalah agar kita selalu diberi kesehatan, dikelilingi oleh orang-orang yang kita sayangi, dan senantiasa berbahagia.
Selamat Tahun Baru 2025! (Fisyabilla Risa Tanjung)