Menteri Pariwisata Arief Yahya (Ist)
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengusulkan agar Aceh membentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata. Usul ini disampaikan Menpar Arief Yahya kepada Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah dan Kadisbudpar Aceh Jamaluddin saat Launching Calendar of Event (CoE) Aceh 2019 di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Jumat (22/3). Usulan disampaikan Menpar Arief dengan pertimbangan bahwa KEK pariwisata memiliki beberapa keunggulan, terutama dalam hal kemudahan perizinan bagi investor. "Tantangan negara yang terbesar adalah dalam perizinan karena birokrasinya berbelit-belit dan KEK akan memudahkan. Lihat saja Nusa Dua Bali, prosesnya sangat mudah dan itu kelebihan dari KEK. Kelebihan yang kedua adalah pelayanan dan yang ketiga saat menjadi KEK maka infrastruktur dan fasilitas dasar akan didukung penuh oleh pemerintah," ujar Menpar Arief dalam siaran pers yang diterima patainanews.com pada akhir pekan lalu. Adapun usul Menpar Arief membentuk KEK pariwisata di Aceh bukan tanpa dasar, terlebih dengan mempertimbangkan sektor pariwisata Aceh yang berkembang serta tingginya minat masyarakat untuk menjadikan Aceh sebagai salah satu tujuan wisatawan. Bahkan, Aceh saat ini sedang bersiap menuju target sebagai salah satu world best halal destination. Posisi Aceh sebagai destinasi halal memang tidak diragukan. Saat ini Aceh bersama dengan Lombok sedang mengarah untuk menjadi destinasi wisata halal. Namun untuk saat ini, Aceh masih menghadapi masalah aksesibilitas. Untuk itu Menpar menawarkan insentif bagi airlines yang mau membuka rute baru ke Aceh. "Untuk itu bila ada airlines yang mau membuka rute baru penerbangan, Kemenpar akan memberikan insentif hingga 50%. Kemenpar juga akan memberikan subsidi di awal-awal bagi flight yang membuka rute baru karena demand-nya pasti masih kecil. Terutama rute flight dari dan ke China Selatan serta India," ujar Menpar Arief. Wisatawan dari China Selatan dan India, diakui Menpar Arief Yahya merupakan segmentasi wisatawan yang dapat ditarik ke Aceh. "China Selatan yang mayoritas Muslim memiliki potensi sebagai kantong wisatawan. Kesukaan mereka adalah pantai dan ikan cakalang. Selain China, India juga bisa ditarik karena 40% penduduknya adalah Muslim," jelas Menpar Arief. Lebih lanjut, dari segi atraksi Menpar meminta beberapa nilai seperti creative value, commercial value, dan consistency diperhatikan. "Creative value misalnya dengan menggunakan koreografer dengan nama yang mendunia dan desainer untuk memoles gerakan serta kostum penari Aceh. Sementara itu, commercial value terkait dengan investasi untuk menarik orang. Komposisinya preevent harus 50%, on event 30%, dan post event 20%. Terakhir, consistency, event-event dapat masuk CoE asalkan konsisten dilakukan dalam tiga dan empat tahun," ujarnya. Aceh memiliki berbagai potensi pariwisata baik alam, budaya, maupun buatan untuk menarik wisatawan. Dalam laporannya, Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah menjelaskan jumlah kunjungan wisatawan di Aceh terus meningkat dan target yang ingin dicapai pada 2019. "Jumlah kunjungan wisatawan Aceh terus meningkat dari waktu ke waktu, pada 2017 Aceh mampu menarik 2,3 juta wisnus, jumlah ini meningkat pada 2018 menjadi 2,5 juta wisnus. Pada 2019, Aceh ditargetkan mampu menarik 2,7 juta wisnus. Untuk 2019, Aceh juga menargetkan bisa menarik 150 ribu wisman dan 40.000 wisatawan Muslim," ujarnya. (Gabriel Bobby)