TRAVEL

Desa Wisata Tembi: Suatu Model Pengembangan Wisata Berbasis Masyarakat yang Berkelanjutan

post-img

PATADaily.id - Yogyakarta - Desa Wisata Tembi yang terletak di Kelurahan Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta ini telah berhasil membuktikan bahwa pariwisata dapat menjadi alat yang efektif untuk memberdayakan masyarakat dan melestarikan budaya.

Dengan fokus pada teknik ecoprint dan shibori, desa ini tidak hanya menawarkan pengalaman wisata yang unik tapi juga berkontribusi signifikan terhadap pengembangan ekonomi kreatif lokal.

Adapun keterlibatan masyarakat sebagai pilar utama selama ini rupanya menjadi salah satu keunggulan utama Desa Wisata Tembi. Menurut Maryono Widi Utomo, Direktur Joglo Foundation, keterlibatan aktif masyarakat dalam seluruh aspek pengembangan wisata mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pengelolaan, warga desa berperan sebagai aktor utama.

"Hal ini tidak hanya meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap keberlanjutan desa wisata, tetapi juga menciptakan ikatan sosial yang kuat di antara masyarakat," dalam keterangan resmi, Rabu (8/1/2025).

Pengembangan produk kreatif berbasis kearifan lokal dengan teknik ecoprint dan shibori yang menjadi ciri khas Desa Wisata Tembi merupakan bentuk nyata dari upaya pelestarian kearifan lokal. Menurut Maryono, dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang mudah ditemukan di sekitar desa, masyarakat berhasil menciptakan produk-produk kerajinan tangan yang unik dan bernilai tinggi.

Selain itu, lanjutnya, kegiatan workshop ecoprint juga menjadi sarana untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada generasi muda. Kontribusi terhadap pelestarian lingkungan menjadi nyata di Desa Wisata TTembi yang selama ini juga berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan.

"Melalui kegiatan penanaman tanaman untuk bahan ecoprint, masyarakat turut berkontribusi dalam pelestarian keanekaragaman hayati," ujarnya. Selain itu, lanjutnya, penggunaan bahan-bahan alami dalam proses pembuatan produk juga meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Dampak positif terhadap perekonomian masyarakat menjadii sasaran utama dalam pengembangan Desa Wisata Tembi yang secara signifikan terhadap bertumbuhnya perekonomian masyarakat setempat.

"Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke desa telah membuka peluang usaha baru bagi warga, seperti homestay, warung makan, dan toko souvenir," teragnya. Selain itu, lanjutnya, pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk-produk kerajinan tangan juga telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Menurut Maryono, pelajaran berharga bagi pengembangan Desa Wisata lainnya di Indonesia bisa dengan mengadopsi apa yang telah dilakuikan Desa Wisata Tembi. Ya, suksesnya Desa Wisata Tembi memberikan beberapa pelajaran berharga bagi pengembangan desa wisata di Indonesia, antara lain keterlibatan masyarakat, yang harus menjadi subjek, bukan objek dalam pengembangan desa wisata, pelestarian budaya dan lingkungan dalam pengembangan desa wisata harus selaras dengan upaya pelestarian budaya dan lingkungan, dan pengembangan produk kreatif di desa wisata perlu memiliki produk unggulan yang dapat menarik minat wisatawan, serta perlu adanya kemitraan yaitu kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sangat penting untuk keberhasilan pengembangan desa wisata.

Sementara Agus H Canny, Direktur Executive PATA Indonesia Chapter mendukung kegiatan positif yang dilakukan di Desa Wisata Tembi.

Tembindigo di Desa Wisata Tembi

Keberadaan Tembi sebagai desa wisata di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta tidak dapat dilepaskan dari wisata minat khusus yang ditawarkannya. Salah satu wisata minat khusus yang menjadi andalan Desa Wisata Tembi adalah workshop ecoprint yang sudah ada sejak 2019 lalu.

Workshop ecoprint di Desa Wisata Tembi diprakarsai oleh Tembindigo, sebuah komunitas wanita pencinta sekaligus perajin kain ecoprint dan shibori. Berawal dari sekadar menjual produk-produk ecoprint dan shibori berupa kerajinan tangan hingga pakaian, komunitas ini kemudian mengembangkan usahanya dengan membuka workshop pembuatan ecoprint bagi wisatawan.

Harga yang dipatok untuk mengikuti workshop ini bervariasi antara Rp45.000 hingga Rp150.000 per orang, tergantung media yang digunakan untuk membuat ecoprint (sapu tangan, tas, syal). Harga akan menjadi lebih murah apabila peserta workshop merupakan rombongan.

"Untuk harga yang dibayarkan tersebut, setiap peserta akan memperoleh bahan yang diperlukan untuk membuat ecoprint. Dedaunan yang menjadi bahan utama pembuatan motif ecoprint dapat diambil langsung di sekitar lokasi workshop Tembindigo," terang Maryono.

Pasalnya, komunitas ini sudah menanam berbagai jenis tumbuhan yang daunnya cocok digunakan untuk membuat motif ecoprint. Peserta workshop pun diperbolehkan membawa pulang karya mereka masing-masing.

Dengan durasi workshop selama tiga jam, daya tampung tempat workshop dalam satu waktu mencapai 150 orang. Kebanyakan peserta merupakan wisatawan asing yang sedang berlibur di Yogyakarta. Walaupun begitu, Tembindigo cukup sering menerima rombongan anak sekolah dari SD hingga SMA yang ingin belajar membuat ecoprint sebagai bagian dari pelajaran mereka di sekolah.

Maryono menerangkan, selain mengikuti workshop, tak sedikit wisatawan yang mengunjungi galeri Tembindigo untuk membeli berbagai produk karya mereka. "Kerajinan tangan ecoprint di Tembindigo dipatok dari harga Rp10.000, sementara itu untuk produk fashion memiliki harga bervariasi hingga Rp1.000.000," katanya.

Tembindigo berada di Tembi RT 04, Timbulharjo, Sewon, Bantul Regency, Special Region of Yogyakarta 55186 dan buka setiap hari, pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB. Agus H Canny, Direktur Executive PATA Indonesia memberikan apresiasi untuk kegiatan yang ada di Desa Wisata Tembi. (Gabriel Bobby)

 

Artikel Lainnya